Sejarah dan Fakta Seputar Pemotongan Tali Pusat - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sejarah dan Fakta Seputar Pemotongan Tali Pusat

Artikel kali ini adalah artikel sederhana tentang sejarah dan fakta seputar pemotongan tali pusat. Artikel ini dirangkum dari tulisan dr. Setyadewi Lusyati, SpA(K), PhD pada kelompok kerja neonatologi RSAB Harapan Kita. Artikel ini ditujukan untuk menambah bahan seputar pemotongan tali pusat pada blog ini.

sejarah dan fakta seputar pemotongan tali pusat
gambar ilustrasi ibu hamil

Lebih kurang dua ratus tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1801, banyak praktik pemotongan tali pusat tidak dilakukan segera setelah persalinan. Pemotongan tali pusat dilakukan setelah bayi bernafas dengan teratur. Hal ini didasari oleh teori bahwa bayi baru lahir ada dalam kondisi lemah dan sebagian darah dari yang tertinggal di plasenta belum masuk sepenuhnya ke dalam tubuh dan aliran darah bayi (Erasmus Darwin, 1801)

Lebih lanjut lagi ada era 1960 an, terdapat pola pemikiran bahwa tali pusat yang berukuran panjang diduga memiliki keuntungan, yaitu menjadikan kemungkinan seorang ibu dapat membawa bayinya untuk mencari pertolongan persalinan tanpa khawatir risiko plasenta tertarik. Selain itu, tali usat yang panjangnya kira-kira 18 inci (sekitar 46 cm) memungkinkan seorang bayi dapat diletakkan di atas perut ibu setelah persalinan. Dengan demikian, adanya isapan bayi ke puting susu ibu dapat membantu mengurangi perdarahan yang berlebihan saat fase pelepasan plasenta. (Walker CW, Pye BG. BMJ 1960)


Faktor Kontraksi Otot Uterus dan Transfusi Plasenta
Pada tiga menit pertama setelah bayi lahir, terdapat pengurangan volume darah di plasenta disertai peningkatan volume darah bayi. Selanjutnya menit ketiga seterusnya, terjadi peningkatan volume darah bayi sebanyak 20% dan terjadi juga pengurangan volume darah plasenta dengan kisaran ukuran yang sebanding.

Nah, berkaitan dengan kontraksi otot uterus terhadap aliran darah plasenta ke tubuh bayi, terdapat laporan penelitian di tahun 1968 yang membandingkan kelompok bayi dari ibu yang memperoleh suntikan zat uterotonika dan yang yang tidak memperoleh zat tersebut pada kondisi intrapartum. Dari penelitian tersebut didapatkan terjadinya peningkatan aliran darah plasenta ke bayi sejumlah 16 ml/kg. Volume darah bayi didapatkan meningkat dari 70 ml/kg menjadi 86 ml/kg dalam waktu satu menit setelah ibu diberikan suntikan zat uterotonika (Yao AC, et al. Lancet,1968; Yao AC et al, Lancet 1969).

Kemudian, sejak saat itu pemotongan aliran darah tali pusat pada bayi tidak lagi dianggap sebagai proses yang alami dan tidak memiliki arti. Pemotongan tali pusat merupakan bagian yang patut dipertimbangkan dari secuplik kehidupan bayi yang harus dilakukan dengan pertimbangan dan berdasarkan bukti ilmiah yang kuat agar memberikan dampak positif bagi bayi dan menghindari dampak negatif potensial ke depannya.

Dijumpai berbagai variasi praktik pemotongan tali pusat pada berbagai institusi. Ada yang melakukan pemotongan dengan cepat dalam waktu 15 detik hingga ada yang melakukan lambat sampai denyutan pada tali pusat berhenti yaitu sekitar 5 menit. Belum ditemukan kesepakatan yang baku tentang kapan dan waktu yang tepat untuk melakukan pemotongan tali pusat.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Sejarah dan Fakta Seputar Pemotongan Tali Pusat"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>