Algoritma Tatalaksana Penyakit Kejang Demam Pada Anak Bayi - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Algoritma Tatalaksana Penyakit Kejang Demam Pada Anak Bayi

Artikel ini akan membahas tentang algoritma tatalaksana kejang demam pada anak. Tulisan ini akan sangat bermanfaat untuk dokter dan tenaga medis di puskemas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama lainnya.

Penyakit Kejang Demam

Nomor ICD X : R.56.0 Febrile convulsion (rujukan: Kode ICD 10)
Kode ICPC II : N07 Seizure/ Convulsion
Tingkat kompetensi dokter : 4A

Definisi Kejang Demam
Kejang demam merupakan suatu bangkitan kejang yang terjadi bilamana ada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal lebih dari 38 derajat celsius) sebagai akibat dari suatu proses ekstra kranial.

Kejang ini berkaitan dengan demam, akan tetapi tidak diakibatkan oleh proses infeksi intrakranial, ataupun penyebab lainnya misalnya cedera kepala, gangguan elektrolit, hipoglikemia, atau keadaan hipoksia.

Batasan Definisi

  • Kejang demam umumnya muncul pada sekitar 2-4% anak yang berusia 6 bulan – 6 tahun.
  • Bilamana ada kasus dimana anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun menderita kejang yang diawali dengan demam, maka pertimbangkan kemungkinan adanya penyebab lain, misalnya infeksi sistem saraf pusat, atau serangan epilepsi yang kebetulan terjadi bersamaan demam.
  • Anak yang pernah mengalami serangan kejang tanpa diawali demam, kemudian mengalami serangan kejang demam kembali maka ini tidak termasuk dalam penyakit kejang demam.
  • Kejang yang disertai dengan demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak digolongkan ke dalam penyakit kejang demam.



Gejala Kejang Demam Pada Anak

Keluhan utama dari penyakit ini adalah kejang. Anamnesis harus menggali informasi perjalanan penyakit mulai dari awal hingga timbulnya kejang. Hal ini diperlukan untuk mencari faktor pencetus dan penyebab dari serangan kejang. Biasanya kejang demam ini terjadi pada anak di saat permulaan demam akut.

Diperlukan juga deskripsi dari kejang, antara lain:

  • Tipe kejang (sebagian besar berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik).
  • Lama kejang (biasanya berlangsung singkat).
  • Frekuensi kejang.
  • Tingkat kesadaran setelah serangan kejang berhenti (umumnya tidak ada defisit neurologis paska serangan kejang).

Selain itu, penting juga untuk mengetahui riwayat kejang periode sebelumnya, keadaan medis yang berkaitan dengan obat-obatan, tanda-tanda trauma, tanda dan gejala infeksi, tanda dan gejala defisit neurologis, dan cedera akibat kejang. Riwayat serangan kejang pada anggota keluarga juga perlu diketahui.

Faktor Risiko Kejang Demam Pada Anak

1. Demam
a. Demam yang berhubungan dengan terjadinya serangan kejang adalah akibat:

  • Infeksi pada saluran pernafasan.
  • Infeksi pada saluran pencernaan.
  • Infeksi pada organ THT.
  • Infeksi pada saluran kencing.
  • Penyakit roseola infantum atau infeksi virus akut lainnya.
  • Setelah anak mendapatkan imunisasi.
b. Derajat demam yang berkaitan dengan kejang adalah:

  • 75% dari anak dengan demam bersuhu lebih atau sama dengan 39 derajat celsius.
  • 25% dari anak dengan demam bersuhu lebih dari 40 derajat celsius.

2. Usia

  • Pada umumnya kejang demam terjadi pada umur 6 bulan hingga 6 tahun.
  • Angka kejadian tertinggi pada umur 17 hingga 23 bulan (1,5 sampai 2 tahun).
  • Kejang demam yang terjadi pada usia sebelum 5 sampai 5 bulan dimungkinkan diakibatkan oleh infeksi sistem saraf pusat atau yang lainnya.
  • Kejang demam yang terjadi di atas usia 6 tahun, dipertimbangkan juga sebagai febrile seizure plus (FS+).

3. Gen

  • Risiko kejang akan meningkat sebanyak 2 sampai 3 kali lipat bilamana ada saudara kandung yang juga menderit kejang demam.
  • Risiko kejang akan naik sebanyak 5% bilamana ada riwayat orang tua mengalami kejang demam.

Pemeriksaan Kejang Demam Pada Anak

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan penilaian tanda vital dan tingkat kesadaran. Biasanya kejang demam tidak ditemukan adanya penurunan kesadaran. Pemeriksaan umum dilakukan untuk menilai tanda-tanda infeksi penyebab terjadinya demam.

Pemeriksaan selanjutnya yang penting adalah penilaian neurologi yang meliputi kepala, bagian ubun-ubun besar, fungsi saraf kranial, fungsi motorik, tonus dari otot, adanya refleks fisiologis atau patologis.

Pemeriksaan Penunjang
Umumnya pemeriksaan penunjang ini dilaksanakan untuk mencari penyebab demam. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan adalah:

  • Pemeriksaan darah rutin dan urin rutin
  • Pemeriksaan lainnya yang sesuai dengan indikasi, misalnya: elektrolit, glukosa, dan pungsi lumbal.

Pemeriksaan Pungsi Lumbal
pemeriksaan dan evaluasi cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan adanya kemungkinan meningitis. Risiko kemungkinan menderita meningitis bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 persen.

Pada bayi kecil cukup sulit untuk menegakkan atau meny­ingkirkan diagnosis meningitis gejala dan tanda klinis yang muncul cenderung tidak jelas. Oleh sebab itu, pungsi lumbal dianjurkan pada:
  1. Bayi berusia kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan.
  2. Bayi berusia antara 12-18 bulan dianjurkan.
  3. Bayi berusia lebih dari 18 bulan tidak rutin dilakukan.

Bilamana yakin bukan merupakan penyakit meningitis secara klinis maka tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

Penegakan Diagnosis Kejang Demam Pada Anak

Diagnosis diambil berdasarkan informasi dari  hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang. Secara diagnosis klinis penyakit ini dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

Diagnosis Klinis dan Klasifikasi Kejang Demam

1. Kejang Demam Sederhana (Simple febrile seizure)
Kejang ini merupakan 80% kejadian dari seluruh kejang pada anak. Ciri-ciri kejang demam sederhana antara lain:
  • Kejang bersifat umum tonik, klonik, atau tonik-klonik tanpa adanya pergerakan yang bersifat fokal.
  • Lama kejang kurang dari lima belas menit dan biasanya berhenti sendiri.
  • Serangan kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

2. Kejang Demam Kompleks (Complex febrile seizure)
Ciri-cri kejang demam kompleks yaitu:

  • Kejang bersifat fokal (parsial satu sisi) atau fokal yang berubah menjadi umum.
  • Lama kejang lebih dari 15 menit
  • Serangan kejang berulang dalam waktu 24 jam (frekuensi kejang lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam).

Batasan

  • Kejang lama ialah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali  dimana di antara bangkitan kejang anak menjadi tidak sadar. Insidensi kejang sebanyak 8% dari kasus kejang demam.
  • Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial.
  • Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, di antara 2 bangkitan kejang anak tetap sadar. Insidensi kejang sebesar 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.


Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menjadi pembanding diagnosis penyakit kejang demam pada anak ini adalah:

  • Epilepsi.
  • Meningitis.
  • Gangguan fungsi metabolik, misalnya gangguan elektrolit.

Algoritma Tatalaksana Kejang Demam Pada Anak

Penatalaksanaan Pengobatan dan Pencegahan
Pemberian obat-obatan bertujuan untuk meredakan serangan kejangan akut dan dilanjutkan dengan tatalaksana pencegahan kejang berulang. Dalam melakukan penatalaksanaan harus tetap memastikan pemberian oksigen.

Tatalaksana Serangan Kejang Akut


  • Pemberian diazepam per rektal (dosis 0,5 mg per kgBB atau dosis 5 mg diazepam per rektal untuk anak berat badan kurang dari 10 kg dan dosis 10 mg diazepam per rektal untuk anak berat badan lebih dari 10 kg). Dapat diulangi hingga 2 kali dengan interval 5 menit bila kejang belum berhenti.
  • Atau dapat juga melalui intravena bila telah didapatkan akses melalui intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg per kgBB dengan maksimal dosis 20 mg. Dapat diulang sebanyak 2 kali dengan interval waktu pemberian 5 menit. Hati-hati dalam penyuntikan diazepam intravena. Obat harus disuntik dengan bolus lambat karena dapat menekan kerja sistem pernafasan.
  • Obat pilihan lainnya adalah lorazepam. Silahkan lihat penjelasan pada gambar tabel di bawah.
  • Bila dalam 2 kali pemberian diazepam rektal atau intravena masih juga terdapat kejang  maka dianjurkan pemberian fenitoin intravena. Dosis inisiasi fenitoin IV adalah 20 mg per kgBB yang diencerkan dalam NaCl 0,9% (rumus pengenceran: 10 mg fenitoin dalam 1 mL NaCl 0,9%). Kecepatan pemberian yaitu 1 mg per kgBB per menit atau maksimal 50 mg per menit. Dosis inisiasi maksimal adalah 1000 mg. Sediaan fenitoin injeksi adalah 50 mg/ mL dalam vial 5 mL
  • Bila kejang berhenti dengan pemberian fenitoin maka dilanjutkan pemberian rumatan dalam waktu 12 jam kemudian dengan dosis 5-7 mg per kgBB per hari (dalam 2 dosis). Sediaan fenitoin: Kapsul 25 mg, 50 mg, atau 100 mg; Liquid oral 2-30 mg per 5 mL; Tablet 25 mg, 50 mg, atau 100 mg.
  • Bila dengan pemberian fenitoin masih terdapat kejang maka dapat dilakukan pemberian fenobarbital IV dengan dosis inisiasi 20 mg per kgBB (tanpa pengenceran) dengan kecepatan 20 mg per menit. Sediaan fenobarbital injeksi adalah 200 mg/ mL.
  • Bila kejang berhenti dengan fenobarbital maka dilanjutkan dengan pemberian dosis rumatan 4-6 mg per kgBB per hari (dalam 2 dosis). Sediaan liquid oral 15 mg/ 5 mL atau tablet 15-100 mg.
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat rangkuman obat-obat yang digunakan dalam mengatasi serangan kejang di bawah ini.


Pilihan obat anti kejang dan rumatan untuk kejang demam pada anak

Tatalaksana Pencegahan Serangan Kejang Demam

Pencegahan intermiten dengan menggunakan diazepam oral/ rektal dengan dosis 0,3 mg per kgBB per kali (3 kali sehari). Obat ini hanya diberikan selama demam, khususnya dalam waktu 24 jam setelah munculnya demam.

Pencegahan kontinu menggunakan fenobarbital dengan dosis 4-6 mg per kgBB per hari (dalam 2 dosis) atau menggunakan asam valproat dengan dosis 15-40 mg per kgBB per hari (dalam 2-3 dosis). Profilaksis ini hanya diberikan bila ada kasus-kasus seperti kejang demam dengan status epileptikus, adanya defisit neurologis nyata (misalnya cerebral falsy). Pemberian profilaksis ini hingga 1 tahun bebas kejang.

Komplikasi dan Prognosis
Kejang demam merupakan suatu keadaan yang jinak dan tidak menimbulkan kematian. Insidensi kecacatan sebagai akibat komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya memang normal.

Kelainan dan defisit neurologis terjadi pada sebagian kasus kecil yang umumnya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik yang bersifat umum atau fokal.

Pada umumnya serangan kejang akan berhenti pada umur 5 atau 6 tahun. Penyakit ini dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi yang bergantung pada:

  • jenis kejang demam kompleks.
  • adanya riwayat epilepsi dalam keluarga.
  • adanya defisit neurologis yang timbul setelah kejang.


Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi dilaksanakan agar keluarga memahami secara ringkas tentang kejang demam. Dengan begitu, keluarga akan melewati pengalaman yang menegangkan dengan lebih tenang dan terarah. Beberapa hal yang diinformasikan kepada pihak keluarga antara lain:
  • prognosis kejang demam
  • memahamkan bahwa tidak ada kenaikan risiko terlambatnya masuk sekolah ataupun kesulitan dalam pengembangan intelektualitas akibat kejang demam.
  • kejang demam yang berlangsung kurang dari 30 menit tidak menimbulkan kerusakan otak.
  • adanya kemungkinan risiko kambuhnya serangan kejang.
  • adanya risiko terkena epilepsi dengan angka risiko yang sangat rendah.

Syarat Pasien Mendapatkan Rujukan
Bilamana kejang tidak kunjung membaik setelah pemberian antikonvulsan hingga lini ketiga (fenobarbital).
Bilamana dipertimbangkan perlu pemeriksaan penunjang misalnya EEG.

Sumber Tulisan
  1. Guidelines and protocol febrile seizures. September, 2010. 
  2. McEvoy, GK. et al. 2009. AHFS Drug Information 2009. Bethesda. American Society of Health-System Pharmacists, Inc. (McEvoy,2009)
  3. Lau, E. et al. 2007. Drug Handbook and Formulary 2007-2008. Toronto. The Department of Pharmacy, The Hospital for Sick Children. (Lau, 2008)
  4. Esau, R. et al. 2006. British Columbia’s Children’s Hospital Pediatric Drug Dosage Guidelines. 5th edition. Vancouver. Department of Pharmacy Children’s and Women’s Health Centre of British Columbia. (Esau, 2006)
  5. Konsensus kejang demam. UKK Neurologi IDAI. 2006 (UKK Neurologi IDAI, 2006)

Demikian tulisan tentang algoritma tatalaksana penyakit kejang demam pada anak dan bayi ini. Semoga memberikan manfaat.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Algoritma Tatalaksana Penyakit Kejang Demam Pada Anak Bayi"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>