Faktor Luar (Eksternal) yang Mempengaruhi Kerja Pompa Jantung
Pada artikel ini kita akan bahas tentang apa sajakah faktor luar yang mempengaruhi kerja jantung? Kondisi eksternal sebagai faktor penentu apa saja yang mempengaruhi kinerja pompa jantung? Dengan mengetahuinya diharapkan kita dapat menjaga kesehatan jantung kita. Yuk kita bahas di bawah.
👉 Baca juga artikel utamanya: Faktor yang mempengaruhi cara kinerja jantung manusia
4 Faktor-Faktor Eksternal Penentu Kerja Pompa Jantung
Mari kita jabarkan satu persatu di bawah ini:
1. Posisi Tubuh Terhadap Kardiovaskular
Posisi tubuh bisa memberikan pengaruh pada kerja jantung. Hal ini dikaitkan dengan efek gravitasi. Keberadaan gravitasi bumi akan memberikan tekanan yang berbeda pada tiap lokasi pembuluh darah yang berbeda di tubuh manusia. Oleh karena itu pula, kerja jantung akan berbeda pada posisi berbaring, berdiri, dan/ atau duduk. Mari kita bahas satu-persatu.
1.1. Posisi Berbaring
Dalam keadaan berbaring, frekuensi denyut jantung akan lebih sedikit atau pelan bila dibandingkan dengan dalam keadaan posisi duduk maupun berdiri. Efek gravitasi akan memberikan pengaruh pada aliran darah. Aliran darah pada posisi berbaring akan lebih mudah karena darah yang mengalir kembali ke jantung akan lebih banyak sebagai akibat kurangnya pengaruh gravitasi. Semakin banyak darah yang kembali ke jantung, maka akan semakin banyak pula volume darah yang bisa dipompa ke seluruh tubuh pada setiap denyut jantung. Upaya pemenuhan kebutuhan oksigen dan nutrisi oleh jaringan juga semakin mudah.
1.2. Posisi Berdiri
Dalam keadaan berdiri, pembuluh darah di bagian ekstremitas akan mendapatkan beban tambahan. Perbedaan tinggi antara jantung dan pembuluh darah ekstremitas akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah ekstremitas. Peningkatan tekanan in akan membuat darah berkumpul (aliran melambat) di ekstremitas. Untuk mempertahankan hemodinamis tubuh maka jantung akan bekerja lebih dari pada saat posisi berbaring. Bila tidak demikian maka tubuh akan kekurangan asupan oksigen dan nutrisi karena aliran darah tidak stabil. Ini terlihat saat seseorang merasakan pusing saat tiba-tiba berubah posisi dari berbaring ke duduk atau berdiri.
1.3. Posisi Duduk
Posisi duduk merupakan posisi yang cendrung stabil. Hal ini disebabkan ketika duduk sistem vasokontraktor simpatis terangsang melalui saraf menuju ke otot-otot abdomen. Keadaan ini meningkatkan tonus dasar otot sehingga menekan seluruh vena cadangan abdomen dan membantu aliran darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Kondisi ini membuat volume darah tersedia untuk dipompa oleh jantung. Respon ini dikenal dengan refleks kompresi abdomen. Kerja jantung pada keadaan duduk akan lebih keras dibandingkan posisi berbaring oleh karena aliran darah melawan gaya gravitasi sehingga laju denyut jantung meningkat.
2. Suhu atau Temperatur Terhadap Kardiovaskuler
Salah satu faktor yang memberikan pengaruh terhadap kecepatan denyut jantung dalam memompa darah adalah suhu. Perbedaan suhu akan mempengaruhi laju metabolisme tubuh manusia. Hal ini nantinya akan mempengaruhi juga ke kinerja jantung. Suhu yang lebih panas akan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat. Cepatnya denyut jantung ini untuk menggerakkan darah ke kapiler kulit untuk menurunkan suhu dan juga secara bersamaan mengalirkan darah ke otot dan jaringan lain agar terjaga hemodinamis.
Biasanya dalam suhu yang cukup tinggi, denyut jantung akan meningkat sekitar 20 hingga 40 bpm bila dibandingkan dengan dalam keadaan suhu normal. Dalam kondisi ini, kebutuhan cairan harus dipenuhi. Apalagi bila keringat yang keluar cukup banyak tentunya akan mengubah volume darah pada tubuh dan dapat menyebabkan gangguan pada kinerja jantung. Menambah atau menstabilkan jumlah cairan dengan minum merupakan cara yang efektif untuk menjaga denyut jantung tetap stabil.
Faktor Luar Selanjutnya Yang Mempengaruhi Kerja Jantung Manusia
3. Konsumsi Alkohol dan Merokok Terhadap Kardiovaskular
Ilustrasi Alkohol |
Selain minum minuman beralkohol, merokok bisa menyebabkan gangguan pada kerja jantung. Rokok mengandung bahan kimia yang bersifat toksik. Dua diantara sekian banyak yaitu karbon monoksida dan nikotin. Gas karbonmonoksida (CO) mempunyai kemampuan yang lebih kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dibandingkan dengan gas oksigen (O2). Hal ini akan menyebabkan sel darah merah semakin kekurangan oksigen untuk disalurkan ke seluruh jaringan tubuh.
👉 Hitung beban merokok Anda: Kalkulator biaya merokok
👉 Hitung beban merokok Anda: Kalkulator biaya merokok
Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan mengkompensasi keadaan ini dengan spasme pembuluh darah. Bila spasme ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan kontinu terus-menerus maka akan merusak pembuluh darah yang berujung pada aterosklerosis. Plak-plak yang tebal (hasil dari aterosklerosis) akan membuat pembuluh darah menyempit termasuk pembuluh darah jantung.
Bahan kimia yang kedua adalah nikotin. Zat ini bisa merangsang hormon katekolamin atau adrenalin untuk memacu kerja jantung dan tekanan darah. Konsumsi rokok yang sering dapat mempersingkat waktu istirahat jantung dan menaikkan tekanan darah. Selain itu, zat ini juga mampu merangsang penggumpalan trombosit. Nikotin mampu mengubah metabolisme lemak sehingga kadar HDL menurun sementara kadar LDL meningkat.
👉 Baca juga: Perbedaan HDL dan LDL
👉 Baca juga: Perbedaan HDL dan LDL
4. Aktivitas Fisik Terhadap Kardiovaskular
Aktivitas fisik khusunya olah raga memiliki peranan yang cukup penting dalam menjaga kesehatan organ jantung dan pembuluh darah. Saat sedang beraktivitas kebutuhan darah yang mengandung oksigen oleh jaringan tubuh meningkat. Jantung dan pembuluh darah akan merespon peningkatan kebutuhan ini dengan cara melebarkan diameter pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
Namun, bilamana dilakukan secara rutin, aktivitas fisik dan olahraga akan meningkatkan fungsi dan kekuatan dari otot jantung dan menaikkan kemampuan tubuh untuk mendapatkan dan menggunakan gas oksigen. Kemampuan tubuh yang meningkat ini akan menurunkan tingkat kelelahan sehingga tidak mudah letih dibandingkan dengan orang yang jarang olah raga.
Selain itu , aktivitas fisik ini juga bisa menaikkan kapasitas pembuluh darah untuk berdilatasi, fungsi pembuluh darah yang lebih efektif, dan kapabilitas penyediaan oksigen untuk otot saat aktivitas sedang berlangsung.
Banyak penelitian yang menunjukkan bukti bahwa aktivitas fisik memiliki dampak yang baik untuk para penderita penyakit jantung.
Salah satunya: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2805367.
Namun perlu diingat bahwa para penderita penyakit jantung juga harus mengupayakan pengobatan dan terapi yang cocok dari dokter. Hanya aktivitas fisik tanpa diikuti pengobatan yang tepat tidak akan memperbaiki fungsi kerja jantung.
Sekian, semoga artikel ini bermanfaat. Silahkan bagikan ke keluarga dan teman-teman Anda.
Sekian, semoga artikel ini bermanfaat. Silahkan bagikan ke keluarga dan teman-teman Anda.
Post a Comment for "Faktor Luar (Eksternal) yang Mempengaruhi Kerja Pompa Jantung"
Klik tulisan subscribe berwarna merah ini: SUBSCRIBE
terlebih dahulu sebelum membuat komentar.