Perbedaan Case Control, Studi Cross Sectional, dan Studi Kohort - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perbedaan Case Control, Studi Cross Sectional, dan Studi Kohort

Tujuan untuk memahami perbedaan case control, studi cross sectional, dan studi kohort dalam penelitian kesehatan - Tulisan ini akan mengulas secara lengkap tentang apa saja perbedaan studi cross sectional, case control, dan studi kohort yang dilakukan dalam penelitian kesehatan khususnya yang bersifat deskriptif. Yuk simak perbedaannya berdasarkan kategori-kategori umum seperti dijelaskan di bawah ini.

perbedaan-cross-sectional-case-kontrol-studi-kohort

Perbedaan Studi Cross Sectional, Case Control, dan Studi Kohort

Perbedaan dalam Hal Definisi dan Pengertian
Pengertian Cross Sectional
Cross sectional adalah suatu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari tentang hubungan antara suatu penyakit dan paparan melalui pengamatan status penyakit dan paparan secara bersama-sama pada individu-individu dengan populasi yang tunggal di suatu periode waktu tertentu.

Pengertian Case Control
Case control adalah suatu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari tentang hubungan antara paparan (faktor dan variabel penelitian) dan penyakit melalui perbandingan kelompok kasus dan grup kontrol menurut status paparan nya.

Pengertian Studi Kohort
Studi kohort adalah suatu rancangan studi dimana mempelajari hubungan antara paparan dengan penyakit melalui perbandingan kelompok terpapar (faktor atau variabel studi) dan kelompok tidak terpapar menurut status penyakit serta ditentukan sampai waktu yang tertentu.

Perbedaan dalam Pemilihan Subjek
Pemilihan Subjek Cross Sectional
Pada rancangan studi ini jumlah sampel diperkirakan dengan menggunakan rumus Snedecor dan Cochran.

Pemilihan Subjek Case Control
Di rancangan ini subjek ditentukan berdasarkan status penyakit lalu dilaksanakan pengamatan subjek apakah memiliki riwayat terpapar dengan faktor penelitian atau tidak.

Pemilihan Subjek Studi Kohort
Dalam hal ini subjek dipilih berdasarkan status paparan nya lalu dilaksanakan observasi dan pencatatan apakah selama perkembangannya subjek menderita penyakit yang sedang diteliti atau tidak.

Perbedaan dalam Hal Tujuan
Tujuan Penelitian Cross Sectional

  • Untuk mengetahui problema kesehatan masyarakat pada wilayah tertentu.
  • Untuk mengetahui jumlah prevalensi suatu penyakit di suatu wilayah.
  • Perkiraan hubungan sebab akibat pada penyakit yang mengalami perubahan yang tetap dan bersifat jelas.
  • Untuk mendapatkan hipotesis yang sifatnya spesifik yang dapat diuji pada penelitian analitik.

Tujuan Penelitian Case Control

  • Untuk memahami hubungan antara paparan dengan penyakit.
  • Untuk memahami peran faktor risiko terhadap dampak yang terjadi.
  • Untuk memahami adanya kemungkina ganda tentang penyebab penyakit.
  • Untuk memahami faktor risiko yang potensial terhadap grup kasus dan grup kontrol.
  • Untuk lebih memudahkan penelitian yang akan dilakukan pada ukuran sampel yang lebih kecil dari studi kohort.

Tujuan Penelitian Studi Kohort

  • Untuk menentukan insiden dan perjalanan penyakit dan/ atau efek yang diteliti.
  • Untuk membedakan grup terpapar dan grup tak terpapar atau kelompok terpapar A dan kelompok terpapar B.

Perbedaan dalam Ciri-Ciri
Ciri-Ciri Cross Sectional

  • Segala pengukuran variabel (independan dan dependen) dalam penelitian dilaksanakan di waktu yang sama.
  • Tidak adanya waktu follow-up.
  • Penelitian berguna untuk desripsi prevalensi penyakit tertentu.
  • Tidak adanya kelompok pembanding dalam penelitian.
  • Hubungan sebab akibat hanya sebatas prakiraan saja.
  • Penelitian dapat menentukan hipotesis.
  • Dapat dijadikan penelitian pendahuluan sebelum penelitian analitik.


Ciri-Ciri Case Control

  • Penelitian bersifat observasional.
  • Penelitian dimulai dengan kelompok penderita dan non-penderita.
  • Adanya grup kontrol.
  • Grup kontrol mempunyai risiko pajanan oleh faktor risiko yang sama dengan grup kasus.
  • Perbandingan besarnya pengalaman pajanan oleh faktor risiko antara grup kasus dan grup kontrol.
  • Insiden tidak diukur.


Ciri-Ciri Studi Kohort

  • Studi tentang hubungan antara faktor risiko dan penyakit atau dampak yang timbul.
  • Subjek dipilih didasarkan status paparan nya.
  • Pendekatan waktu dilakukan secara longitudinal.
  • Diawali dengan identifikasi faktor risiko.
  • Analisis hasil penelitian untuk mengetahui hubungan dan pengaruh.


Perbedaan dalam Hal Jenis
Jenis Cross Sectional

  • Deskriptif
  • Analitik


Jenis Case Control

  • Case control retrospektif
  • Case control prospektif


Jenis Studi Kohort

  • Kohort prospektif menggunakan kelompok pembanding internal
  • Kohort prospektif menggunakan kelompok pembanding eksternal
  • Kohort retrospektif
  • Nested Case-Control Study


Perbedaan dalam Hal Langkah-Langkah
Langkah-langkah dalam Cross Sectional

  • Identifikasi dan rumusan masalah.
  • Penentuan tujuan penelitian.
  • Penentuan lokasi dan populasi subjek.
  • Penentuan cara dan besaran sampel.
  • Pemberian definisi operasional.
  • Penentuan variabel yang akan diteliti.
  • Penyusunan instrumen untuk pengumpulan data.
  • Merancang analitik.


Langkah-langkah dalam Case Control

  • Penetapan pertanyaan penelitian dan hipotesis.
  • Penetapan variabel-variabel penelitian.
  • Penetapan subjek penelitian.
  • Pelaksanaan ukuran variabel.
  • Menganalisis hasil.


Langkah-langkah dalam Studi Kohort

  • Identifikasi faktor dampak (variabel yang dependen), dan risiko (variabel independen), juga variabel-variabel pengendali (variabel kontrol).
  • Penetapan subjek penelitian (populasi dan sampel).
  • Identifikasi subjek yang berisiko dan tidak berisiko dalam populasi.
  • Observasi perkembangan dampak dan efek pada subjek yang berisiko dan subjek kontrol pada waktu tertentu.
  • Pengolahan dan analisis terhadap data secara desriftif dan analitik.


Kelebihan dan Kekurangan Cross Sectional, Case Control, dan Studi Kohort

Kelebihan Cross Sectional

  • Studi bersifat observasi (non-eksperimental).
  • Disain lebih murah dan mudah, sementara hasil cepat didapatkan.
  • Studi berdasar pada sampel populasi utama (alamiah) yang tidak bergantung kepada subjek yang mengajukan diri agar memperoleh tindakan medis.
  • Bisa memahami variabel dalam jumlah banyak sekaligus.
  • Jarang sekali subjek drop out.
  • Bisa dipergunakan sebagai sumber untuk penelitian setelahnya.
  • Tidak adanya hambatan etik.


Kelebihan Case Control

  • Kadang merupakan satu-satunya studi yang meneliti kasus jarang dan/ atau masa laten yang panjang.
  • Hasil penelitian bisa diperoleh dalam waktu cepat.
  • Biaya relatif lebih murah.
  • Dapat melakukan identifikasi bermacam faktor risiko dalam satu penelitian.
  • Tidak adanya masalah etik.
  • Umumnya bisa melakukan evaluasi confounding dan interaksi lebih teliti daripada studi kohort.


Kelebihan Studi Kohort

  • Sangat tepat guna memahami efek dari paparan yang sifatnya jarang.
  • Bisa digunakan untuk mempelajari bermacam efek dari suatu paparan.
  • Bisa dipakai untuk menjelaskan hubungan yang bersifat temporal antara paparan dan hasil.
  • Perhitungan terhadap laju insiden dan perjalanan penyakit.


Kekurangan Cross Sectional

  • Kesulitan dalam penentuan sebab - akibat karena data faktor risiko dan dampak diambil dalam waktu bersamaan.
  • Butuh jumlah subjek yang banyak khususnya pada jumlah variabel yang banyak.
  • Tidak bisa menjelaskan bahwasanya mana yang terlebih dahulu paparan atau penyakit.
  • Tidak merincikan gambaran perjalanan penyakit, insiden, dan/ atau prognosis.
  • Bisa saja terjadi bias pada prevalensi.
  • Tidak cocok untuk penelitian pada kasus yang sangat jarang.
  • Kesimpulan hubungan antara faktor risiko dan dampak merupakan paling lemah.


Kekurangan Case Control

  • Data tentang pajanan faktor risiko didapat melalui daya ingat atau dari catatan medis sehingga dapat terjadi ingatan bias serta data sekunder dari data medis sering tidak akurat.
  • Sulitnya melakukan validasi informasi.
  • Sulitnya mengendalikan grup kontrol dan grup kasus karena banyaknya faktor eksternal yang sulit untuk dikontrol.
  • Tidak bisa dipergunakan pada penelitian dengan variabel dependen yang lebih dari satu.
  • Tidak bisa dilaksanakan pada penelitian evaluasi hasil terapi.


Kekurangan Studi Kohort

  • Biaya kohort prospektif mahal dan durasinya lama.
  • Perlunya sumber data yang lengkap dan akurat pada kohort retrospektif.
  • Tidak cocok untuk penelitian penyakit yang jarang.
  • Berisiko terjadinya “loss to follow up"

Nah, itu tadi penjelasan yang cukup rinci tentang apa saja perbedaan antara penelitian dan studi case control, cross sectional, dan studi kohort yang dilakukan dalam penelitian kesehatan yang bersifat deskriptif. Mudah-mudahan memberikan manfaat.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Perbedaan Case Control, Studi Cross Sectional, dan Studi Kohort"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>