Wanita Berhijab Pasti Kurang Vitamin D? Simak Penjelasan Ahli
Apakah wanita yang berhijab akan mengalami kekurangan vitamin D? Mungkin sebagian besar orang berpikiran begitu. Yuk simak pembahasannya.
contoh mode pakaian hijab |
Cahaya matahari khususnya sinar ultraviolet B memang berfungsi dalam proses sintesis vitamin D di tubuh manusia. Oleh karena itu, tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan vitamin D bergantung kepada paparan sinar matahari. Individu yang rendah paparan sinarnya maka bisa dikatakan memiliki risiko lebih besar akan menderita kekurangan vitamin D.
Wanita Berhijab Kekurangan Vitamin D ?
Berkenaan dengan hal di atas, apakah benar pandangan bahwa muslimah yang mengenakan jilbab akan mengalami defisiensi vitamin D?
Untuk menjawab hal ini terutama mengenai berapa banyak pengaruh pakaian terhadap produksi vitamin D di tubuh manusia tentunya perlu riset empiris yang berkesinambungan. Telah banyak penelitian yang menguak tentang defisiensi vitamin D dimana variabelnya bersifat umum, misalnya etnis, jenis kelamin, dan wilayah tempat tinggal. Untuk variabel pakaian bukan menjadi faktor risiko yang berdiri sendiri.
Perlu dipahami bahwasanya gaya hidup modern misalnya membatasi makanan berlemak, lebih cendrung beraktivitas di dalam ruangan, menghindari paparan sinar matahari, pemakaian sun-block juga termasuk faktor yang meningkatkan risiko terkena defisiensi vitamin D.
Hubungan Gaya Pakaian dan Kekurangan Vitamin D
Pakaian yang menyelubungi seluruh permukaan kulit tentunya akan mengurangi jumlah paparan sinar matahari. Secara teori, hal ini akan meningkatkan risiko defisiensi vitamin D. Bermacam penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara pakaian penutup seluruh tubuh (hijab) dengan kejadian kekurangan vitamin D. Namun, kajian mendalam menunjukkan bahwasanya hubungan antara model pakaian dengan insidensi defisiensi vitamin D merupakan hal yang kompleks karena akan berhubungan dengan variabel prilaku yang lainnya. Model pakaian tidak menjadi variabel mutlak sendiri.
Studi di negara Malaysia, Arab Saudi, Jordania, dan Jerman menunjukkan bahwasanya individu yang mengenakan model pakaian yang seluruh badannya tertutup menderita defisiensi vitamin D karena mereka yang mengurangi paparan sinar matahari dalam aktivitas sehari-hari. Model pakaian bukan menjadi sebab utama penyakit, akan tetapi prilaku menghindari paparan sinar matahari.
Selain itu, banyak studi kesehatan yang menunjukkan bahwasanya jenis sinar UV-B dalam cahaya matahari mampu menembus pakaian yang tipis (walaupun intensitasnya berkurang). Itu berarti bahwa kebutuhan manusia akan cahaya matahari tetap tercukupi walaupun berpakaian tertutup (tapi tidak terlalu tebal) asalkan tidak berusaha menjauhi paparan sinar matahari.
Vitamin D ini bersifat larut dalam lemak. Sumber-sumber makanan prekursor vitamin D antara lain: ikan, daging, telur, serta kacang-kacangan. Absorpsi dan pencernaan vitamin D sebanding dan berpengaruh dengan proses absorpsi dan pencernaan lemak. Setelah diserap di usus dan masuk ke peredaran darah, bahan prekursor vitamin D ini akan berubah menjadi kalsifrol (vitamin D) oleh sel keratinosit di kulit melalui katalisasi sinar ultraviolet B.
Kalsifrol adalah vitamin D yang belum aktif. Kalsifrol akan ditransportasi dari kulit ke hati lalu diubah menjadi bentuk kalsifedol. Dari hati, kalsifedol ini dikirim lagi ke sel-sel organ ginjal lalu diubah menjadi 25-hidroksikalsiferiol-D3 atau kalsitrol. Nah, kalsitrol inilah yang merupakan bentuk aktif vitamin D. Kalsitrol dapat berfungsi dalam metabolisme kalisum dan posfat di tubuh manusia.
Lama paparan sinar matahari akan menentukan jumlah vitamin D yang terbentuk. Rata-rata kebutuhan cahaya untuk proses sintesis vitamin D ini adalah 10 sampai 15 menit tiap harinya sebanyak 3 hingga 4 kali dalam seminggu. Selain itu, luasnya area permukaan kulit yang terpapar juga menentukan hasil vitamin D.
Studi di negara Malaysia, Arab Saudi, Jordania, dan Jerman menunjukkan bahwasanya individu yang mengenakan model pakaian yang seluruh badannya tertutup menderita defisiensi vitamin D karena mereka yang mengurangi paparan sinar matahari dalam aktivitas sehari-hari. Model pakaian bukan menjadi sebab utama penyakit, akan tetapi prilaku menghindari paparan sinar matahari.
Selain itu, banyak studi kesehatan yang menunjukkan bahwasanya jenis sinar UV-B dalam cahaya matahari mampu menembus pakaian yang tipis (walaupun intensitasnya berkurang). Itu berarti bahwa kebutuhan manusia akan cahaya matahari tetap tercukupi walaupun berpakaian tertutup (tapi tidak terlalu tebal) asalkan tidak berusaha menjauhi paparan sinar matahari.
Peran dan Fungsi Sinar Ultraviolet
Proses dibentuknya vitamin D terjadi secara kompleks. Sinar UVB termasuk yang berperan di dalamnya. Sinar ini akan membantu dirubahnya prekursor vitamin D (7-dehidrokalsiferol yang diolah dari makanan) menjadi vitamin D yang dapat dipakai oleh tubuh.Vitamin D ini bersifat larut dalam lemak. Sumber-sumber makanan prekursor vitamin D antara lain: ikan, daging, telur, serta kacang-kacangan. Absorpsi dan pencernaan vitamin D sebanding dan berpengaruh dengan proses absorpsi dan pencernaan lemak. Setelah diserap di usus dan masuk ke peredaran darah, bahan prekursor vitamin D ini akan berubah menjadi kalsifrol (vitamin D) oleh sel keratinosit di kulit melalui katalisasi sinar ultraviolet B.
Kalsifrol adalah vitamin D yang belum aktif. Kalsifrol akan ditransportasi dari kulit ke hati lalu diubah menjadi bentuk kalsifedol. Dari hati, kalsifedol ini dikirim lagi ke sel-sel organ ginjal lalu diubah menjadi 25-hidroksikalsiferiol-D3 atau kalsitrol. Nah, kalsitrol inilah yang merupakan bentuk aktif vitamin D. Kalsitrol dapat berfungsi dalam metabolisme kalisum dan posfat di tubuh manusia.
Lama paparan sinar matahari akan menentukan jumlah vitamin D yang terbentuk. Rata-rata kebutuhan cahaya untuk proses sintesis vitamin D ini adalah 10 sampai 15 menit tiap harinya sebanyak 3 hingga 4 kali dalam seminggu. Selain itu, luasnya area permukaan kulit yang terpapar juga menentukan hasil vitamin D.
sinar UV-B bermanfaat di epidermis |
Dampak Kekurangan Vitamin D
Seperti dijelaskan di atas bahwasanya vitamin D (kalsitrol) berperan dalam proses penyerapan kalsium dan fosfat yang berguna dalam sintesis jaringan tulang yang kuat dan homeostasis kekebalan tubuh. Bila ada kekurangan maka otomatis akan berdampak pada proses sintesis jaringan tulang itu sendiri. Bila ini terjadi pada usia muda maka dapat menimbulkan penyakit riketsia (kelainan pada bentuk tulang) dan osteomalasia (kerapuhan pada tulang).Tulang akan mudah patah bila terkena trauma fisik. Pertumbuhan tulang yang tidak sempurna pada penyakit ini akan menunjukkan gejala tungkai X atau O pada anak. Pada usia dewasa proses terjadinya osteoporosis akan lebih cepat dimulai.
Faktor Risiko Defisiensi Vitamin D
Setelah memahami penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya defisiensi vitamin D tidak hanya bergantung pada paparan sinar matahari. Faktor-faktor yang berperan penting adalah asupan makanan sebagai prekursor vitamin D, proses penyerapan dan pencernaan makanan di usus, intensitas dan kualitas paparan sinar ultraviolet B, keadaan fungsi ginjal dan hati.Untuk mendapatkan vitamin D yang cukup maka harus dipenuhi makanan yang mengandung prekursor vitamin D, misalnya telur, daging, dan kacang-kacangan. Setelah dipastikan tercukupi kebutuhan ini maka harus diperhatikan juga bagaimana pencernaan dan penyerapan dari makanan prekursor vitamin D tadi.
Seringkali pada masyarakat modern saat ini terlalu membatasi makanan yang berlemak dan berkolesterol. Pola makan seperti ini memang baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Namun, bila dilakukan berlebihan akan menimbulkan gangguan dalam pencernaan dan absorpsi prekursor vitamin D. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasanya vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan proses pencernaan dan penyerapannya berbanding lurus dengan metabolisme dan penyerapan lemak.
Individu yang mendapatkan intensitas dan kualitas paparan sinar ultraviolet B yang sesuai akan terhindar dari defisiensi vitamin D. Pakaian mode hijab yang menutupi seluruh tubuh (baik dengan cadar) tetap akan terpapar dengan sinar matahari asalkan tidak ada usaha untuk menghindari cahaya matahari. Mode hijab di sini maksudnya adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh terbuat dari bahan yang tipis akan tetapi tidak tembus pandang. Hanya butuh waktu 10 sampai 15 menit saja di pagi hari.
Faktor selanjutnya adalah kondisi organ hati dan ginjal. Bilamana kedua organ ini berfungsi dengan baik tentunya proses metabolisme dan pembentukan kalsitrol akan berjalan dengan baik juga.
Nah, jadi kesimpulan artikel ini adalah bahwa mode pakaian hijab bukan merupakan faktor risiko yang mutlak terjadinya penyakit defisiensi vitamin D. Semoga pengetahuan ini bermanfaat. Simak informasi kesehatan lainnya di blog ini.
Sumber:
science
nationalgeographic
skinchemically
otcdigest
Post a Comment for "Wanita Berhijab Pasti Kurang Vitamin D? Simak Penjelasan Ahli"
Klik tulisan subscribe berwarna merah ini: SUBSCRIBE
terlebih dahulu sebelum membuat komentar.