Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan Ektopik
Tanpa sumbangsih kemajuan teknologi, kehamilan di luar rahim seringkali salah diagnosis pada saat pasien pertama kali datang. Padahal diagnosis dini amat penting guna mencegah perburukan tuba dan potensi timbulnya komplikasi. Komplikasi perdarahan adalah yang paling sering dan juga menjadi penyebab kematian tertinggi.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa alat bantu dalam penegakan diagnosis kehamilan ektopik. Namun bila Anda ingin memahami apa itu kehamilan ektopik silahkan baca di tautan di bawah ini:
👉 Kehamilan Ektopik Terganggu
👉 Kehamilan Ektopik Terganggu
Alat Bantu Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan Ektopik
Beberapa prosedur dan alat bantu yang dipakai dalam usaha menegakkan diagnosa pasti dari keadaan kehamilan di luar rahim dan jenis kehamilan ektopik ini adalah sebagai berikut:
1. Kuldosentesis
Apa itu kuldosentesis? Pengertian pemeriksaan kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya darah di dalam kavum douglas. Teknik kuldosentesis ini dilakukan dengan cara melakukan aspirasi cairan peritoneal atau darah dengan jarum melalui prosedur tusukan di bagian forniks vagina bagian posterior ke dalam cul de sac.
gambar tindakan pemeriksaan teknik kuldosentesis pada KET |
Tindakan kuldosentesis pada KET (kehamilan ektopik terganggu) sangat berguna sebelum adanya USG pelvis khususnya USG transvaginal. Kecurigaan adanya KET meningkat dengan ditemukannya darah yang tidak membeku khususnya bilama nilai hematokrit lebih tinggi dari 15%.
2. Laparoskopi
Apa itu laparoskopi kehamilan ektopik? Pemeriksaan laparoskopi pada KET dapat dilaksanakan untuk melihat organ-organ di rongga pelvis secara langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan kamera langsung melalui sayatan kecil di kulit area pelvis. Penegakan diagnosis dengan teknik laparoskopi sulit dilakukan bila ada hemoperitonium, adesi (perlengketan), atau pada pasien yang gemuk.
gambar tindakan pemeriksaan laparoskopi pada KET |
3. Pemeriksaan Kadar Hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)
Wanita yang mengalami kehamilan di luar rahim mempunyai kadar hormon HCG yang meningkat, akan tetapi sebanyak 85% diantaranya memiliki kadar HCG yang lebih rendah dari kehamilan yang normal. Pemeriksaan HCG yang dilakukan hanya satu kali tidak dapat menegakkan diagnosis kehamilan ektopik ini; untuk itu perlu dilaksanakan secara serial.
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa bilamana kadar HCG tidak lebih dari 66% nilainya dari kehamilan normal maka hal ini menandakan adanya kemungkinan kehamilan yang bersifat tidak normal. Salah satu penyebab kehamilan abnormal ini adalah kehamilan di luar rahim.
4. Pemeriksaan Hormon Progesteron
Pemeriksaan hormon HCG membutuhkan teknik serial sehingga dibutuhkan beberapa hari untuk menyelesaikannya. Terdapat pemeriksaan kadar hormon lainnya yang dapat digunakan untuk alat diagnostik KET, yaitu menilai kadar hormon progesteron.
Penelitian Stern dkk menunjukkan bahwa jumlah progesteron yang dihasilkan korpus luteum kehamilan ektopik lebih rendah dari kehamilan yang normal. Bilamana didapatkan kadar progesteron lebih dari 25 ng/ mL maka besar kemungkinan bukanlah KET.
5. Ultrasonografi (USG)
Dahulu USG menggunakan trasnduser trans-abdominal untuk melihat organ-organ pelvis. Namun, saat ini telah banyak digunakan transduser trans-vaginal sehingga lebih jelas dalam melihat keadaan organ-organ di rongga pelvis.
Alat pemeriksaan USG ini dapat digunakan untuk melakukan identifikasi keberadaan kantung janin, apakah intrauterin, ekstrauterin, atau kehamilan patologis lainnya. Pemeriksaan USG ini dapat dilakukan selaras dengan evaluasi nilai hormon HCG untuk menegakkan diagnosis jenis kehamilan.
Kriteria diagnosis USG kehamilan ektopik yaitu:
6. Dilatasi dan Kuretase
Bilamana ditemukan nilai hormon HCG lebih dari 1500 mIU/ mL, perkiraan umur gestasi lebih dari 38 hari, nilai hormon progesteron lebih kecil dari 5 ng/ mL, tidak terlihatnya kantung gestasi di intrauterin dengan menggunakan USG trans-vaginal maka tindakan kuretase pada kavum endometrial kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi pada jaringan yang dikerok dapat menentukan apakah ada tidaknya jaringan gestasi.
Nah itu tadi beberapa alat bantu atau pemeriksaan yang dapat dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim. Semoga bermanfaat.
Baca juga artikel kesehatan terkait:
👍 Kehamilan ektopik apa bisa hamil lagi?
Kriteria diagnosis USG kehamilan ektopik yaitu:
- Ditemukannya kompleks massa kistik adnexa atau ditemukan embrio di adnexa, dan/ atau
- Tidak ditemukannya kantung gestasi walaupun usia gestasi telah lebih dari 38 hari, dan/ atau
- Nilai hormon HCG pada kisaran 1500 hingga 2500 mIU/ mL.
6. Dilatasi dan Kuretase
Bilamana ditemukan nilai hormon HCG lebih dari 1500 mIU/ mL, perkiraan umur gestasi lebih dari 38 hari, nilai hormon progesteron lebih kecil dari 5 ng/ mL, tidak terlihatnya kantung gestasi di intrauterin dengan menggunakan USG trans-vaginal maka tindakan kuretase pada kavum endometrial kemudian dilakukan pemeriksaan histopatologi pada jaringan yang dikerok dapat menentukan apakah ada tidaknya jaringan gestasi.
Nah itu tadi beberapa alat bantu atau pemeriksaan yang dapat dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis kehamilan ektopik atau kehamilan di luar rahim. Semoga bermanfaat.
Baca juga artikel kesehatan terkait:
👍 Kehamilan ektopik apa bisa hamil lagi?
Post a Comment for "Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan Ektopik"
Klik tulisan subscribe berwarna merah ini: SUBSCRIBE
terlebih dahulu sebelum membuat komentar.