Penyakit Tuberkulosis Paru (TB) Pada Anak - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB) Pada Anak

Penyakit tuberkulosis paru pada anak - artikel ini akan membahas tentang penyakit TB yang terjadi pada usia anak. Artikel ini kami suguhkan kepada dokter dan tenaga medis dengan bahasa penyampaian yang dapat dikonsumsi oleh orang awam.

Review Penyakit Tuberkulosis Paru Pada Anak

Problem Kesehatan
Berdasarkan perhitungan badan kesehatan dunia WHO di tahun 1999, bahwa total kasus TB baru di negara Indonesia ialah 583.000 orang tiap tahunnya. Dari angka ini muncul kematian kira-kira 140.000 orang setiap tahun.

WHO memperhitungkan bahwasanya TB adalah penyakit infeksi terbanyak yang menyebabkan kematian bagi orang dewasa dan anak-anak. Pada kelompok wanita, kematian akibat TB masih lebih besar dari pada kematian karena kehamilan, persalinan, dan juga nifas.

Gejala dan Tanda TB Paru Pada Anak

Biasanya pada anak jarang ditemukan tanda dan gejala TB paru yang khas walaupun hasil pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan gambaran pembesaran kelenjar hilus. Namun, dari hasil anamnesis dapat ditemukan gejala sistemik (bersifat umum) yang biasanya dialami oleh anak, antara lain:

  • Nafsu makan menurun atau bahkan tidak ada. Hal ini sering disertai dengan gagal tumbuh (failure to thrive).
  • Terjadi masalah berat badan yang dapat berupa berat badan turun dalam 2 sampai 3 bulan tanpa diketahui penyebabnya yang jelas; berat badan tidak naik selang 1 bulan setelah dilakukan upaya perbaikan gizi yang sesuai dan tepat; atau berat badan tidak naik secara adekuat.
  • Muncul demam lama (dapat lebih dari 2 minggu) atau demam berulang tanpa diketahui penyebabnya (demam bukan merupakan demam thyfoid, infeksi saluran kencing, penyakit malaria, dan sebagainya. Demam biasanya tidak terlalu tinggi yang sering disertai dengan keringat malam. Keringat malam yang timbul bukan sembarang keringat malam. Keringat malam yang tidak disertai gejala sistemik TB lainnya bukanlan gejala khas TB anak.
  • Malaise pada anak dimana anak lesu dan kurang aktif dalam beraktivitas.
  • Batuk yang lama ataupun persisten selama lebih dari 3 minggu. Batuk biasanya tidak pernah mereda ataupun semakin lama bertambah parah dimana penyebab batuk lainnya telah dikecualikan.


Dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang dapat ditemukan gejala dan tanda, yaitu:

Pemeriksaan Fisik TB Paru Pada Anak

Pemeriksaan ini tidak khas menunjukkan adanya penyakit TB.

Pemeriksaan Penunjang
1. Uji tuberkulin
Hasil uji tuberkulin dapat dijadikan tanda adanya kemungkinan penyakit TB. Uji tuberkulin dengan cara mantoux ini dilaksanakan melalui penyuntikan 0,1 mL PPD RT-232 TU atau PPD S 5TU di area volar lengan bawah secara intrakutan. Setelah itu ditunggu selama 48 hingga 72 jam lalu dilakukan pembacaan.

Pembacaan berupa penilaian ukuran indurasi yang muncul. Perlu diingat bahwa pengukuran bukan berdasarkan hiperemis atau eritemnya, melainkan indurasinya. Oleh karena itu, indurasi ini dinilai dengan cara palpasi agar diketahui tepi indurasi lalu ditandai. Diameter antara tepi indurasi dinyatakan dalam satuan milimeter.

Bilamana tidak muncul indurasi maka dilaporkan sebagai 0 mm, bukan negatif. Selain diameter indurasi, diukur juga tebal dan tipisnya indurasi, apakah ada vesikel atau bula, dan lain-lain. Pada umumnya uji tuberkulin bernilai positif bila indurasi lebih atau sama dengan 10 mm tanpa melihat apa penyebabnya.

2. Foro toraks
Gambaran rontgen toraks pada penyakit TB anak tidak khas. Maksudnya adalah tanda kelainan radiologis pada penyakit TB paru ini bisa juga ditemukan pada penyakit yang lainnya. Teknik foto juga tidak cukup dengan hanya foto AP (antero-posterior), akan tetapi juga ditambah dengan foto lateral agar dapat mengamati adanya pembesaran kelenjar getah bening yang ada di hilus.

Pada umumnya, tanda-tanda radiologis yang dicurigai ada pada penderita tuberkulosis paru anak antara lain:

  • Adanya pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal (sekitar trakea) dengan atau tanpa disertai oleh infiltrat.
  • Gambaran konsolidasi yang bersifat segmental atau lobar.
  • Gambaran milier.
  • Gambaran kalsifikasi dengan disertai infiltrat.
  • Adanya atelektasis.
  • Gambaran kavitas.
  • Tanda-tanda efusi pleura.
  • Gambaran tuberkuloma.


3. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis biasanya memakai spesimen dahak, akan tetapi biasanya sulit dilaksanakan karena sulitnya memperoleh spesimen sputum. Biasanya hal ini diganti dengan pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut (minimal selama 2 hari).

Hasil pemeriksaan secara mikroskopik langsung dari spesimen ini pada umumnya negatif; untuk itu disarankan pemeriksaan biakan bakteri M. tuberkulosis yang membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 6 hingga 8 minggu.

Cara Penegakan Diagnosis Penyakit Tuberkulosis Paru Pada Anak

Menentukan diagnosa tuberkulosis (TB) pada anak dapat dilakukan melalui 2 pendekatan utama, antara lain:

  1. Melakukan pengkajian dan investigasi pada anak yang memiliki kontak erat dengan para penderita TB paru dewasa yang masih bersifat aktif dan infeksius.
  2. Anak yang mendatangi pusat pelayanan kesehatan yang memiliki tanda dan gejala klinis yang membuat kecurigaan terhadap penyakit TB paru.


Pada anak dikenal adanya sistem skoring untuk menegakkan diagnosis TB. Hal ini dapat memudahkan tenaga kesehatan agar tidak lalai dalam proses pengumpulan data-data klinis dan pemeriksaan penunjang sehingga nantinya kejadian under-diagnosis atau over-diagnosis tidak terjadi.

Tabel skoring TB paru pada anak
Tabel skoring TB paru pada anak

Anak dikatakan probable TB bilamana nilai skoring berjumlah lebih besar atau sama dengan 6. Namun, bila anak hanya kontak dengan penderita TB dengan BTA positif serta uji tuberkulin anak positif tanpa disertai dengan adanya gejala dan tanda TB, maka kepada sang anak hanya diberi obat INH sebagai profilaksis (terutama bila sang anak masih balita).

Catatan
  1. Bilamana berat badan kurang maka dilakukan usaha perbaikan gizi kemudian evaluasi dalam waktu 1 bulan.
  2. Demam terjadi lebih dari dua minggu dan batuk lebih dari tiga minggu yang tidak kunjung mengalami perbaikan setelah dilakukan pemberian obat-obat baku puskesmas.
  3. Gambaran rontgen toraks dicurigai TB.
  4. Seluruh bayi yang reaksi cepat (kurang dari dua minggu) pada saat diberikan imunisasi BCG dianjurkan untuk dilakukan evaluasi dengan skoring tuberkulosis anak.

Pasien usia balita yang memperoleh nilai 5 disertai gejala klinis yang membuat ragu, maka dianjurkan untuk merujuk pasien ke rumah sakit agar dilaksanakan evaluasi yang lebih lengkap.

Algoritma Tatalaksana Komprehensif Penyakit TB Paru Pada Anak

Di bawah ini adalah algoritma langkah penatalaksanaan pasien TB paru pada anak.
Algoritma penatalaksanaan TB paru pada anak

Obat-obat yang digunakan adalah dalam pengobatan penyakit tuberkulosis paru pada anak sesuai dengan rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Obat Anti Tuberkulosis pada anak sesuai rekomendasi IDAI
Keterangan tabel:

  • Bila bayi berat badanya kurang dari 5 kg maka harus dirujuk ke RS.
  • Bila juga anak berat badannya lebih dari 33 kg maka harus dirujuk ke RS.
  • Pemberian obat harus utuh (tidak boleh dibelah-belah).
  • Bila anak tidak dapat menelan obat, obat dapat digerus pada saat akan meminum obat.


Pencarian Sumber Penularan TB Paru Anak
Bilamana mendapatkan kasus TB paru anak maka dianjurkan untuk mencari sumber penularannya. Sumber pada umumnya adalah pasien dewasa yang masih aktif menularkan penyakit TB yang berkontak dengan erat kepada si anak. Evaluasi pencarian sumber penularan ini bisa dilakukan secara acak sentripetal dengan pemeriksaan BTA sputum dan pemeriksaan penunjang radiologis.

Evaluasi Hasil Pengobatan

Pengontrolan pasien ini dianjurkan tiap bulannya. Evaluasi hasil terapi dilaksanakan setelah menyelesaikan 2 bulan pengobatan. Evaluasi yang dilakukan adalah penilaian klinis, radiologis, dan LED. Dari ketiga hal ini, evaluasi klinis menjadi yang paling penting dengan mengamati perbaikan kelainan klinis, peningkatan berat badan, menghialngnya batuk dan demam, serta nafsu makan yang kembali normal. Bilamana respon terapi baik maka dianjurkan untuk melanjutkan pengobatan.

Evaluasi terhadap efek samping obat juga harus dilakukan. Efek samping yang sering terjadi adalah karena pemberian obat isoniazid dan rifampisin. Kedua obat ini dapat menimbulkan toksisitas pada hati, gejala gangguan sistem pencernaan, demam, ruam, atau gatal-gatal.

Kapan Pasien Dirujuk?

  • Pasien TB paru anak dianjurkan untuk dirujuk bilamana:
  • Tidak adanya perbaikan kelainan klinis setelah 2 bulan pengobatan.
  • Timbulnya gejala efek samping obat yang berat.
  • Putus tahapan pengobatan (berhenti minum obat selama lebih dari 2 minggu).

Sumber Tulisan
Buku ajar respirologi anak IDAI

Mudah-mudahan memberikan manfaat. Silahkan gali informasi kesehatan lainnya di blog ini.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Penyakit Tuberkulosis Paru (TB) Pada Anak"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>