Interaksi Obat
Artikel ini akan membahas tentang pengertian dan faktor risiko interaksi obat, klasifikasi interaksi obat, mekanisme interaksi obat, dan dampak interaksi obat kepada tubuh. Pembahasan ini bersifat umum dengan mengambil beberapa contoh jenis obat.
Pengertian Interaksi Obat
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat adanya obat lain yang diberikan secara terpisah atau diberikan secara bersamaan; atau bila dua atau lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga efektivitas atau toksisitas satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003)Pengertian interaksi obat menurut pakar yang lain:
Perubahan efek obat karena adanya obat lain, herbal, makanan, minuman maupun senyawa kimia lain (Stockley, 2008)
Dua atau lebih obat yang digunakan secara bersamaan berkemungkinan memberikan efek dan saling berinteraksi. Interaksi yang dihasilkan dapat bersifat potensiasi atau antagonis, atau kadang menimbulkan efek yang lain. Interaksi yang merugikan sebaiknya dilaporkan ke Badan POM.
Faktor Risiko Interaksi Obat
Beberapa orang yang memiliki risiko tinggi mengalami interaksi obat adalah sebagi berikut:- Golongan lanjut usia,
- Orang yang mengonsumsi lebih dari satu obat,
- Orang dengan gangguan fungsi ginjal,
- Orang dengan penyakit genetik tertentu, dan
- Pasien yang ditangani oleh lebih dari satu dokter.
Klasifikasi dan Mekanisme Interaksi Obat
Interaksi obat dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaiut interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik.Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini merupakan interaksi antara obat-obat yang memiliki efek famakologi atau efek samping yang sama atau yang berlawanan. Interaksi ini dapat diakibatkan oleh persaingan pada reseptor yang sama, ataupun terjadi pada obat-obat yang beraktivitas pada sistem fisiologis yang sama.Interaksi ini bisa ditaksir berdasarkan sifat farmakologi dari obat yang berinteraksi. Biasanya terjadi pada obat yang sejenis. Interaksi ini menimbulkan intensitas yang berbeda pada masing-masing individu.
Interaksi Farmakokinetik
Ini merupakan interaksi dimana suatu obat mengubah absorpsi, distribus, metabolisma, atau proses eksresi obat lainnya. Jenis ini akan menaikkan atau menurunkan kuantitas dan kualitas obat yang tersedia dalam tubuh. Cukup sulit untuk untuk memperkirakan jenis interaksi ini.Interkasi farmakokinetik yang terjadi pada satu jenis obat belum tentu juga menimbulkan hal yang sama dengan obat lain meskipun sejenis, kecuali bila mempunya sifat farmakokinetik yang sama.
Interaksi ini bisa dikelompokkan menjadi beberapa golongan, antara lain
Pengaruh terhadap absorpsi
Kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi bisa dipengaruhi oleh interaksi obat. Penurunan kuantitas obat yang diabsorpsi akan membuat terapi menjadi tidak efektif. Penundaan absorpsi obat juga dapat terjadi karena interaksi obat, tetapi secara klinis jarang menunjukkan efek yang berarti; kecuali dibutuhkan kadar obat yang tinggi dalam plasma darah.
Pengaruh terhadap absorpsi
Kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi bisa dipengaruhi oleh interaksi obat. Penurunan kuantitas obat yang diabsorpsi akan membuat terapi menjadi tidak efektif. Penundaan absorpsi obat juga dapat terjadi karena interaksi obat, tetapi secara klinis jarang menunjukkan efek yang berarti; kecuali dibutuhkan kadar obat yang tinggi dalam plasma darah.
Perubahan pada ikatan protein
Kebanyakn obat berikatan lemah dengan protein plasma karena ikatannya tidak spesifik. Satu obat menggantikan obat lainnya sehingga jumlah bentuk bebas obat yang tinggi di plasma akan berdifusi ke target tempat obat bekerja. Hal ini akan membuat kenaikan efek yang terdeteksi hanya bila kadar obat yang berikatan sangat tinggi (> 90%) dan tidak didistribusikan secara luas di seluruh tubuh.
Kebanyakn obat berikatan lemah dengan protein plasma karena ikatannya tidak spesifik. Satu obat menggantikan obat lainnya sehingga jumlah bentuk bebas obat yang tinggi di plasma akan berdifusi ke target tempat obat bekerja. Hal ini akan membuat kenaikan efek yang terdeteksi hanya bila kadar obat yang berikatan sangat tinggi (> 90%) dan tidak didistribusikan secara luas di seluruh tubuh.
Walaupun seperti itu, pergantian posisi jarang mengakibatkan potensiasi yang lebih dari potensiasi sementara, oleh karena peningkatan bentuk bebas juga akan menaikkan kecepatan proses eliminasi obat. Pergantian posisi pada tempat ikatan protein penting pada potensiasi obat warfarin oleh obat sulfonamid dan obat tolbutamid. Namun, ini menjadi penting karena metabolisma warfarin juga dihambat.
Pengaruh Metabolisme
Umumnya obat dimetabolisma di hati. Induksi kepada sistem enzim mikrosomal hati oleh suatu obat akan menagakibatkan perubahan kecepatan metabolisma obat yang lain secara bertahap. Kondisi ini akan mengakibatkan rendahnya kadar dalam plasma dan pada akhirnya mengurangi efektivitas obat.
Menghentikan induksi obat akan mengakibatkan kenaikan kadar dalam plasma obat yang lain sehingga akan timbul gejala dan tanda toksisitas. Obat seperti barbiturat, griseopulvin, beberapa anti-epilepsi, dan rifampisin merupakan obat yang menginduksi enzim penting di hati. Obat yang sering terpengaruh adalah warfarin dan obat kontrasepsi oral.
Demikian sebaliknya, pada waktu suatu obat memberikan hambatan metabolisme pada obat lain, akan berlaku peningkatan kadar dalam plasma, sehingga akan meningkatkan efek terapi, tetapi juga meningkatkan risiko. Obat-obat yang meningkatkan potensi warfarin dan fenitoin mempunyai mekanisme kerja seperti disebutkan di atas.
Pengaruh eksresi ginjal
Umumnya obat diekskresi di ginjal. Obat disaring di glomerulus dan menjalani sekresi aktif oleh tubulus ginjal. Kompetensi akan terjadi pada obat yang memiliki mekanisme transport aktif yang sama pada tubulus proksimal. Misalnya obat salisilat dan beberapa OAINS akan menghambat eksresi metotreksat. Toksisitas dari obat metotrekstat ini bisa saja mengakibatkan hal yang serius.
Dampak dan Pentingnya Interaksi Obat Kepada Tubuh
Banyak interaksi obat yang tidak menimbulkan bahaya, tetapi banyak yang potensial menimbulkan bahaya pada sebagian kecil orang. Derajat keparahan dari interaksi tergantung masing-masing individu.Obat yang memiliki window therapy yang sempit; misalnya fenitoin, dan obat-obatan yang yang membutuhkan kontrol dosis yang ketat (anti-koagulan, anti-hipertensi, dan anti-diabetes) merupakan obat-obat yang paling sering menimbulkan interaksi yang berbahaya. Apalagi obat-obat ini cukup sering berkaitan dengan pasien lanjut usia dengan gangguan ginjal dan fungsi hati.
Interaksi Obat yang Berbahaya
Simbol • dibubuhkan ada interaksi yang memiliki potensi bahaya. Pemberian obat-obat yang memiliki tanda ini sebaiknya dihindari atau hanya diberikan dengan informed consent dan pemantauan. Interaksi yang tidak memiliki tanda di atas umumnya tidak memiliki potensi akibat yang membahayakan.
Baca juga artikel lainnya:
👉 Tips dan cara pencegahan alergi obat
Baca juga artikel lainnya:
👉 Tips dan cara pencegahan alergi obat
Post a Comment for "Interaksi Obat"
Klik tulisan subscribe berwarna merah ini: SUBSCRIBE
terlebih dahulu sebelum membuat komentar.