Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana BPH (Bagian-4) - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana BPH (Bagian-4)

Urinalisis

Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih,  batu  buli-buli  atau  penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antara-nya: karsinoma buli-buli in-situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Untuk  itu  pada kecurigaan adanya  infeksi  saluran  kemih  perlu  dilakukan pemeriksaan  kultur  urine,  dan  kalau  terdapat kecurigaan adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi  urine(13,16).  Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria   maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.

Pemeriksaan fungsi ginjal
Obstruksi infravesika akibat BPH menyebabkan  gangguan  pada traktus  urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali lebih banyak9. Pasien LUTS yang diperiksa ultrasonografi didapatkan dilatasi sistem pelvikalises 0,8% jika kadar  kreatinin serum normal dan sebanyak 18,9% jika terdapat kelainan kadar kreatinin serum10. Oleh karena itu pemeriksaan  faal  ginjal  ini berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas.


Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)
PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific(18). Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH; dalam hal   ini   jika   kadar PSA tinggi berarti:
  • pertumbuhan  volume  prostat  lebih  cepat,
  • keluhan  akibat  BPH/ laju  pancaran  urine  lebih jelek, dan
  • lebih mudah terjadinya retensi urine akut(19,20).

Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan  berdasarkan  kadar  PSA. Dikatakan oleh Roehrborn et al (2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2-1,3 ng/dl laju adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl sebesar 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun(19). Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi  pada  prostat (biopsi  prostat atau TURP),  pada  retensi  urine  akut,  kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua(22). Sesuai yang dikemukakan oleh Wijanarko et al (2003) bahwa serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahan-lahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi21. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah(22):
  • 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
  • 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
  • 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
  • 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml

Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma  prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur  saja  dalam  mendeteksi  adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi   kemungkinan   adanya   karsinoma prostat(9).

Sebagian besar guidelines yang disusun di berbagai negara merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai salah satu pemeriksaan awal pada BPH, meskipun dengan sarat yang berhubungan dengan  usia  pasien  atau  usia  harapan  hidup pasien. Usia sebaiknya tidak melebihi 70-75 tahun atau  usia harapan  hidup  lebih  dari 10  tahun, sehingga  jika  memang terdiagnosis karsinoma prostat tindakan radikal masih ada manfaatnya(5,9-14,16).

Catatan harian miksi (voiding diaries
Voiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk  menilai  fungsi traktus urinarius bagian bawah  dengan reliabilitas dan validitas yang cukup baik. Pencatatan miksi ini sangat berguna pada pasien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol(2,5,10,14). Dengan mencatat kapan dan berapa  jumlah asupan  cairan  yang dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik, instabilitas detrusor akibat obstruksi infravesika, atau karena poliuria akibat asupan air yang berlebih. Sebaiknya pencatatan dikerjakan 7 hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang baik(2,10), namun Brown et al (2002) mendapatkan bahwa pencatatan selama 3-4 hari sudah cukup untuk menilai overaktivitas detrusor(23).


sumber:
lihat bagian berikutnya.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana BPH (Bagian-4)"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>