Tuberkulosis Pada Anak - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tuberkulosis Pada Anak

Berikut ini adalah artikel tentang tuberkulosis pada anak. Artikel ini dapat menjadi panduan saku pada tenaga medis. Artikel ini akan membahas seputar masalah diagnosis, panduan pemberian obat, dan pencegahan dari penyakit tuberkulosis pada anak. Silahkan dibaca!

Pendahuluan
Sebagian besar anak yang telah terinfeksi dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala penyakit tuberkulosis (TB). Bukti kuat infeksi TB adalah uji tuberkulin (Mantoux) yang bernilai positif. Risiko terkena infeksi oleh kuman TB akan meningkat bilamana seorang anak bermukim dengan seorang pasien dengan TB paru BTA positif.

Indisen penyakit TB akan bergantung pada daya tahan tubuh untuk menekan proses multiplikasi kuman-kuman TB. Kemampuan daya tahan tubuh ini bervariasi pada tiap orang sesuai dengan usia dimana kemampuan yang paling rendah adalah pada usia yang sangat muda. Kondisi lain seperti HIV dan gangguan gizi (gizi kurang) dapat mengurangi kemampuan daya tahan tubuh ini. Penyakit lain seperti batuk rejan dan campak secara sementara dapat mengurangi kemampuan sistem imun. Bila seseorang dalam kondisi seperti di atas maka akan lebih rentan terkena penyakit TB.

Penyakit tuberkulosis seringkali tampilannya berat apabila lokasinya di paru, ginjal, selaput otak, ataupun pada tulang belakang. Bentuk dan tampilan penyakit ini lebih ringan pada lokasi-lokasi seperti pada tulang (terkecuali tulang belakang), kelenjar limfe leher, abdomen, sendi, mata, telinga, dan kulit.

Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Pada Anak


Penegakan Diagnosis Penyakit Pada Tuberkulosis Anak

Penegakan diagnosis TB pada anak cukup sulit sehingga seringkali timbul misdiagnosis, baik under-diagnosis ataupun overdiagnosis. Perlu diingat bahwa pada anak, batuk bukanlah merupakan gejala utama penyakit tuberkulosis.

Diagnosis pasti dari penyakit TB ditentukan dengan cara menemukan bakteri M. tuberculosis pada  pemeriksaan sputum ataupun bilasan lambung, cairan pleura, cairan serebrospinal, dan juga biopsi pada jaringan yang dicurigai terinfeksi. Sulitnya menentukan diagnosis pasti pada anak diakibatkan oleh dua hal berikut, yaitu kesulitan dalam pengambilan spesimen sputum dan terlelu sedikitnya jumlah kuman (pauciba-cillary).

Berikut ini dapat membantu Anda untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya tuberkulosis apda seorang anak jika:

Anamnesis:

  • Adanya pengurangan berat badan dalam dua bulan berturut-turut tanpa disertai sebab yang jelas. Bisa juga terjadi gagal tumbuh.
  • Terjadinya demam tanpa disertai sebab jelas, terutama bila demam berlangsung sampai dua minggu.
  • Adanya batuk yang kronik tiga minggu. Batuk bisa disertai atau tanpa bunyi whezing.
  • Adanya riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

Pemeriksaan Fisik:

  • Terdapatnya pembesaran pada kelenjar limfe aksila, leher, ataupun inguinal.
  • Adanya pembengkakan  yang progresif atau deformitas pada tulang, lutut, sendi, dan falang.
Uji Tuberkulin

  • Uji ini biasanya menunjukkan nilai positif pada anak yang terinfeksi dengan TB paru. Namun, dapat menunjukkan nilai negatif pada anak yang menderita TB milier atau HIV/AIDS, gizi buruk atau baru saja menderita penyakit campak.

Mengingat sulitnya membuat diagnosis penyakit ini pada anak, maka IDAI merekomendasikan cara penegakan TB dengan sistem skoring. Sistem skoring dilakukan dengan cara memberikan pembobotan terhadap tanda klinis dan gejala yang dijumpai pada anak.

sistem skoring diagnosis tuberkulosis pada anak
sistem skoring diagnosis tuberkulosis pada anak
klik untuk memperbesar

Setelah diadakan anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang, maka akan dibuat pembobotan memakai sistem skoring. Berikut penjabaran sistem skoring, yaitu:

  • Anak dengan total skor ≥ 6 (lebih dari atau dengan 6), maka harus diterapi sebagai pasien TB dengan obat anti tuberkulosis (OAT).
  • Anak dengan total skor kurang dari 6 akan tetapi secara klinis kecurigaan secara klinis adanya TB cukup kuat maka diperlukan pemeriksaan diagnostik yang lain yang sesuai dengan indikasi, seperti bilasan  lambung, pungsi lumbal, pungsi pleura patologi anatomi, foto rontgen pada sendi dan tulang, funduskopi, CT-Scan dan yang lainnya yang dianggap perlu.
Diperlukan perhatian yang khusus bila dijumpai salah satu dari kondisi seperti di bawah ini:

  1. Tanda-tanda bahaya: Penurunan kesadaran, kejang, atau pun kaku kuduk. Kegawatan lainnya seperti sesak nafas.
  2. Foto polos pada dada memperlihatkan adanya gambaran kavitas, milier, atau pun efusi pleura.
  3. Gibus, koksitis


Alur Pengobatan dan Tatalaksana Pada Pasien Tuberkulosis Anak

Untuk alur tatalaksana bisa dilihat pada skema di bawah ini.

alur pengobatan tb pada anak
alur pengobatan tb pada anak

Pada umumnya pengobatan pada penyakit TB anak dilakukan selama 6 bulan. Setelah ini sebaiknya dilakukan evaluasi baik secara klinis mapupun dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Evaluasi secara klinis pada TB anak ialah tolak ukur terbaik untuk menentukan keberhasilan suatu pengobatan. Bila ditemukan adanya perbaikan klinis yang cukup nyata walaupun dari gambaran radiologis tidak memperlihatkan adanya perubahan yang berarti, maka pemberian  OAT tetap diberhentikan.

Panduan Pemberian Obat Tuberkulosis Pada Anak

Pengobatan tuberkulosis terbagi ke dalam dua tahap, yaitu fase awal atau intensif (selama dua bulan pertama) dan fase lanjutan selama empat bulan. Prinsip dasar dari pengobatan TB ialah sekurang-kurangnya tiga jenis obat pada fase intensif dan diteruskan dengan dua jenis obat pada fase lanjutan (selama empat bula terkecuali pada TB yang berat). OAT diberikan pada setiap harinya, baik pada fase intensif maupun fase lanjutan.

Dalam menjamin ketersediaan OAT pada tiap pasien, OAT dibuat dalam sediaan bentuk paket. Satu paket dirancang untuk satu pasien untuk satu kali masa pengobatan. Paket OAT anak ini memiliki kandungan obat obat untuk fase intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z); sementara untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).

Dosis Obat Tuberkulosis Pada Anak

Berikut ini adalah obat-obat yang tergolong OAT beserta dosis yang dapat diberikan pada anak, yaitu:

  • Rifampisin: 10-20 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimal 600 mg/ hari
  • INH: 5-15 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimal 300 mg/ hari
  • Pirazinamid: 15-30 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimal 2000 mg/ hari
  • Etambutol: 15-20 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimal 1250 mg/ hari
  • Streptomisin: 15–40 mg/ kgBB/ hari, dosis maksimal 1000 mg/ hari.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan pasien dalam proses pengobatan yang cukup lama dan jumlah obat yang cukup banyak, paduan OAT dibuat dalam bentuk KDT atau Kombinasi Dosis Tetap; dalam bahasa inggris disebut Fixed Dose Combination = FDC.

Sediaan tablet KDT untuk pasien anak tersedia dalam dua jenis tablet, yaitu:

  • Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
  • Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), dan H (Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.

Jumlah dari tablet KDT yang diberikan harus sesuai dengan berat badan anak dan komposisi tablet KDT tersebut. Tabel di bawah ini adalah sebagai contoh dari dosis KDT dimana komposisi dari tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah  R = 75 mg dan H = 50 mg.
dosis obat tb paru berdasarkan berat badan
dosis obat KDT tb berdasarkan berat badan

Keterangan gambar:

  • Kasus bayi dengan berat badan kurang dari lima kg, harap dirujuk ke RS terdekat
  • Anak dengan berat badan lebih dari 33 kg, disesuaikan dengan dosis dewasa
  • Obat harus dimakan dalam bentuk utuh, tidak dianjurkan untuk dibelah
  • Obat KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan dalam bentuk utuh atau digerus saat sebelum hendak diminum. Bila belum tersedianya paket KDT, bisa dipergunakan paket OAT Kombipak Anak. Dosis yang dipakai seperti pada tabel di bawah ini.
sediaan dan dosis obat tb kombipak
dosis obat pada fase inisiatif dan lanjutan

Pada kondisi TB yang berat, baik pulmonal atau pun ekstrapulmonal seperti meningitis TB, TB milier, TB tulang, dan lainnya. Pada fase intensif diterapi dengan minimal 4 jenis obat (Rifampisin, INH, Pirazinamid, Etambutol, atau Streptomisin). Pada fase lanjutan diterapi dengan Rifampisin dan INH dalam kurun waktu 10 bulan.

Untuk kasus TB khusus seperti TB milier, perikarditis TB, efusi pleura TB, TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB diterapi dengan pemberian kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1–2 mg/ kg BB/ hari, dibagi menjadi 3 dosis. Lama terapi kortikosteroid ini adalah 2 hingga 4 minggu dalam dosis penuh yang dilanjutkan dengan proses tappering off dalam kurun waktu 2 hingga 6 minggu. Terapi kortikosteroid ini bertujuan untuk mencegah terjadinya perlengketan jaringan dan mengurangi proses inflamasi pada organ yang terinfeksi.

Perhatian: Sebaiknya menghindari penggunaan obat streptomisin pada anak bila hal ini memungkinkan. Oleh karena proses penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan yang bersifat permanen pada syaraf pendengaran, dan adanya risiko penularan HIV akibat tindakan yang tidak benar terhadap alat suntikan.

Tindak lanjut
Setelah dilakukan pemberian OAT selama dua bulan, harus dilakukan evaluasi respon pengobatan. Respon pengobatan dapat berupa gejala klinis yang berkurang, nafsu makan meningkat, demam hilang, batuk menghilang, serta berat badan meningkat.

Bilaman respons pengobatan bersifat baik maka terapi OAT dilanjutkan lagi selama 6 bulan. Bilamana respons pengobatan kurang baik atau pun tidak baik maka pengobatandengan OAT tetap dilanjutkan sambil mencari penyebab yang jelas. Sistem skoring tidak bisa dilakukan untuk melakukan evaluasi. Sistem skoring dipergunakan hanya digunakan untuk penegakan diagnosis.

Pengobatan dan Pencegahan (Prolaksis) Tuberkulosis Pada Anak

Bilamana anak balita sehat, yang tinggal satu rumah bersama pasien dengan TB paru BTA positif, mendapatkan jumlah skor kurang dari 5 pada sistem skoring, maka kepada anak balita itu diberi terapi obat isoniazid dengan takaran dosis 5–10 mg/ kg BB/ hari dalam kurun waktu 6 bulan. Bilamana anak itu belum pernah mendapatkan imunisasi BCG, maka imunisasi BCG dapat diberikan setelah pengobatan dan pencegahan selesai.


sumber :
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit oleh WHO


Silahkan share artikel ini kepada teman Anda. Kunjungi facebook fans page kami di Kedokteran - Kesehatan.
Baca juga artikel kedokteran seputar Ilmu Kesehatan Anak di blog ini.



Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Tuberkulosis Pada Anak"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>