Referat Scabies : Epidemiologi, Etiologi, dan Patogenesis - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Referat Scabies : Epidemiologi, Etiologi, dan Patogenesis

Kedokteran dan Kesehatan - Epidemiologi, etiologi, dan patogenesis penyakit skabies. Tulisan ini adalah tinjauan pustaka dari referat tentang penyakit skabies. Silahkan dibaca dan ambil manfaatnya!

Pendahuluan
Nama lain atau sinonim dari penyakit scabies adalah budukan, gatal agogo, gudig, itch, dan kudis. Pengertian skabies adalah suatuf penyakit kulit yang diakibatkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap serangga Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.(1)

Penyakit scabies bisa terjadi baik pada laki-laki ataupun perempuan, di semua geografi wilayah, semua kelompok umur, ras, dan kelas sosial. Namun, ini menjadi masalah utama pada daerah yang padat dengan gangguan sosial, kondisi sanitasi yang buruk, dan negara dengan kondisi perekonomian yang kurang. Scabies dapat ditularkan melalui kontak fisik langsung. (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang dipakai bersama-sama).(2,3)

Gejala utama skabies adalah pruritus atau gatal yang intensif yang memburuk pada malam hari atau kondisi dimana suhu tubuh sedang meningkat. Lesi kulit yang khas dapat berupa terowongan, papul, ekskoriasi dan kadang-kadang vesikel.(4,5)

Tungau yang menjadi penyebab scabies merupakan parasit obligat yang seluruh siklus hidupnya berlangsung pada tubuh manusia. Tungau tersebut tidak dapat meloncat atau terbang namun merayap dengan kecepatan 2.5 cm per menit pada kulit yang relatif hangat. (6)

Review Epidemiologi, Etiologi, dan Patogenesis Scabies

Epidemiologi Penyakit Skabies

Epidemiologi scabies - Skabies dapat ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang cukup bervariasi. Daerah endemik scabies adalah pada daerah tropis dan subtropis seperti daerah Afrika, Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India, dan juga Asia Tenggara.(2,7)

Diperkirakan terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia terjangkit akan tungau skabies.(6) Studi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi scabies cenderung tinggi pada usia anak-anak serta remaja dan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, ras, usia, ataupun kondisi sosial-ekonomi. Faktor primer yang berkontribusi adalah kemiskinan dan kondisi hidup di daerah yang padat penduduk,(7) sehingga penyakit ini lebih sering terjadi di daerah perkotaan. (3)

Terdapat juga bukti menunjukkan insiden kejadian berpengaruh dengan musim dimana kasus skabies lebih banyak didiagnosis pada saat musim dingin dibanding musim panas. Insiden scabies bertambah meningkat sejak dua dekade ini dan telah memberikan pengaruh yang besar terhadap wabah di berbagai rumah sakit, penjara, panti asuhan, (3) dan juga panti jompo. (8)

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang berkembangnya penyakit ini, antara lain: higiene yang buruk, kesalahan dalam diagnosis, dan perkembangan dermografik serta kondisi ekologi. Penyakit ini juga dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).(1) 

Etiologi Penyakit Skabies

Etiologi scabies - Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.(1,4)

Sarcoptes scabiei adalah parasit obligat pada manusia yang termasuk dalam filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes. Bentuknya lonjong, bagian kepala depan kecil dan bagian belakang torakoabdominal dengan penonjolan seperti rambut yang keluar dari dasar kaki. (6)

Tungau skabies memiliki empat kaki dengan diameternya berukuran 0,3 mm. Oleh karena itu tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Tungau ini tidak dapat terbang atau melompat dan hanya dapat hidup selama 30 hari di lapisan epidermis.(3)

Skabies betina dewasa berukuran sekitar 0,4 mm dengan luas 0,3 mm, dan jantan dewasa lebih kecil 0,2 mm panjang dengan luas 0,15 mm. Tubuhnya berwarna putih susu dan ditandai dengan garis melintang yang bergelombang dan pada permukaan punggung terdapat bulu dan dentikel.(9)

penyebab scabies pada manusia
gambar tungau scabie

Terdapat 4 pasang kaki pendek, pada bagian depan terdapat dua pasang kaki yang berakhir dengan perpanjangan peduncles dengan pengisap kecil di bagian ujungnya. Pada tungau betina, terdapat dua pasang kaki yang berakhir dengan rambut (Satae) sedangkan pada tungau jantan rambut terdapat pada pasangan kaki ketiga dan peduncles dengan pengisap pada pasangan kaki keempat.(9)

Siklus hidup tungau ini adalah sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Namun, kadang-kadang juga masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang telah digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam lapisan stratum korneum, dengan kecepatan 2 - 3 milimeter dalam sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40-50 telur yang dihasilkankan oleh setiap tungau betina selama rentang umur 4-6 minggu dan selama itu tungau betina tidak meninggalkan terowongan.

Setelah itu, larva berkaki 6 akan muncul dari telur setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan memotong bagian atapnya. Larva kemudian menggali terowongan pendek (moulting pockets) untuk tempat di mana mereka berubah menjadi nimfa. Setelah itu berkembang menjadi tungau jantan dan betina dewasa. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memakan waktu berkisar antara 8 – 12 hari.(9,10)

referat tentang scabies
siklus hidup tungau

Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu dalam membuat terowongannya dan menghindari area yang memiliki lebih banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu terdapat < 20 tungau pada tubuhnya, kecuali pada Norwegian scabies dimana pada satu individu bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan kondisi immunodefisiensi dan pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk infestasi Norwegian scabies.(3,9)

Patogenesis Penyakit Skabies

Patogenesis scabies - Reaksi alergi yang bersifat sensitif terhadap tungau dan produknya menunjukkan peran yang penting dalam perkembangan lesi dan terhadap timbulnya gejala gatal.(9) S. Scabiei melepaskan zat sebagai respon hubungan antara tungau dengan keratinosit dan sel-sel Langerhans saat melakukan penetrasi ke dalam lapisan kulit. (11) 

Hasil dari penelitian sebelumnya menunjukkan keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV dan tipe I. (9,11) Pada reaksi tipe I, pertemuan antara antigen tungau dengan Imunoglobulin-E pada sel mast yang berlangsung di lapisan epidermis mengakibatkan degranulasi dari sel-sel mast. Sehingga terjadi lah peningkatan antibodi IgE. Keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV akan menunjukkan gejala sekitar 10-30 hari setelah terjadinya sensitisasi tungau (11) dan akan menghasilkan  papul-papul dan nodul inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T yang banyak pada infiltrat kutaneus.(9) Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis ini sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika dan lainnya. Akibat garukan yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga terjadinya infeksi sekunder. (12)

Cara penularan penyakit skabies

Cara penularan scabies - Scabies bisa ditularkan melalui kontak langsung ataupun kontak tidak langsung.(7) Penularan melalui kontak langsung (skin-to-skin) menjelaskan bahwa mengapa penyakit ini sering menular ke semua anggota keluarga.(11) Penularan secara tidak langsung dapat melalui penggunaan bersam-sama dari pakaian, handuk, ataupun tempat tidur. Bahkan dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antar penderita dengan orang yang sakit,(1) tetapi scabies bukan manifestasi utama dari penyakit menular seksual.(7)


Baca juga referat bagian selanjutnya: Diagnosis penyakit skabies
Untuk daftar pustaka referat dapat di lihat di daftar pustaka referat scabies.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Referat Scabies : Epidemiologi, Etiologi, dan Patogenesis"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>