Definisi, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Stroke - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Definisi, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Stroke

Penjelasan penyakit stroke - definisi, penyebab, gejala, dan cara pengobatannya - Blog Kedokteran dan Kesehatan. Artikel kali ini akan membahas tentang penyakit stroke. Artikel penyakit stroke ini akan dibagi menjadi dua bagian. Nah, pada tulisan ini akan dibahs tentang pengertian, penyebab, patofisiologis, dan cara diagnosis dari penyakit stroke.

Pengertian dan Definisi Stroke
Penyakit stroke adalah suatu keadafan bilamana terjadi gangguan asupan aliran darah ke otak dikarenakan adanya sumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) atau pun pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa aliran darah yang cukup, otak akan kekurangan oksigen dan nutrisi, oleh karena itu sebagian besar sel akan rusak dan mati.

Bilamana sel-sel otak rusak atau mati, bagian badan yang dikontrol oleh area otak yang mati tadi akan menjadi tidak berfungsi sebagiamana mestinya. Penyakit stroke merupakan suatu keadaan medis darurat yang membutuhkan tata laksana yang cepat dan tepat. Penanganan yang lalai akan memungkinkan terjadinya kecacatan atau kematian.

Definisi dan Pengertian Stroke Menurut WHO
Stroke ddikarenakan oleh adanya gangguan pasokan darah ke otak, umumnya terjadi lantaran pembuluh darah pecah atau tersumbat oleh karena gumpalan. Hal ini mengurangi pasokan oksigen dan nutrisi, yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan otak.

Efek dari penyakit stroke ini bergantung kepada pada bagian mana dari otak yang terjadi kerusakan dan seberapa parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah bisa menimbulkan kematian mendadak. Pengertian stroke menurut para ahli dan kemenkes ada juga, akan tetapi tidak kita sampaikan di tulisan ini.

penyakit stroke dan pengobatannya
blood clot image

Review Penyakit Stroke dan Penanganannya

Faktor Risiko dan Penyebab Stroke

Secara garis besar proses tercetusnya gangguan serebrovaskular dapat diakibatkan oklusi oleh emboli atau trombus, ruptur pada dinding pembuluh darah, penyakit pada dinding pembuluh darah, dan adanya kelainan darah. Selain itu, ada beberapa faktor resiko dan penyakit berikut yang dapat mengakibatkan stroke adalah:

1. Hipertensi
Hipertensi adalah faktor utama dalam perkembangan terjadinya infark trombosis serebral dan pendarahan intrakranial. Hal ini sering menyebabkan gangguan pada fungsi otak dan pengrusakan struktur otak manusia melalui mekanisme gangguan vaskular. Infark maupun perdarahan otak merupakan stadium akhir akibat memburuknya gangguan vaskular pada otak.

Efek patologis yang disebabkan hipertensi adalah :
  • Aneurisma yang menyebabkan perdarahan intraserebral (dari pembuluh darah yang perforsi),
  • Percepatan ateroma dan pembentukan trombus, dan
  • Hyalinosis dan endapan fibri.

2. Kelainan jantung
Kelainan jantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi otak melalui empat cara, yaitu:
  • Emboli yang berasal dari penyakit katup jantung, dinding jantung dan ruangan jantung, 
  • Gangguan curah jantung karena kelainan ritme yang hebat atau dekompensasi menyebabkan penurunan perfusi otak,
  • Obat-obatan yang digunakan pada gangguan sirkulasi dapat menganggu fungsi otak, dan
  • Operasi jantung dapat menyebabkan kerusakan otak cepat atau lambat.

Poin 1 dan 4 lebih sering menyebabkan iskemia yang bersifat fokal, sedangkan 2 dan 3 lebih sering menyebabkan gangguan yang bersifat difus.

Kelainan jantung yang merupakan faktor resiko stroke adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung kongestif, penyakit jantung rematik, endokarditis bakterialis subakut, infark miokard akut, penyakit jantung congenital, pembesaran jantung, gangguan konduksi intraventikuler, dan lain-lain.

3. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering ditemui bersamaan dengan penyakit serebrovaskular, dan merupakan faktor resiko stroke meskipun kurang kuat dibandingkan dengan hipertensi. Diabetes melitus berperan dalam proses aterosklerosis pembuluh darah otak. Proses aterosklerosis pembuluh darah otak pada diabetes mellitus melalui kelainan lipid yang multiple.

Pada diabetes mellitus terjadi :
  • Peningkatan konsentrasi faktor von willibrand (glikoprotein) dalam plasma yang mungkin berperan dalam penyakit vaskuler.
  • Perubahan produksi prostasiklin mencerminkan kerusakan dinding pembuluh darah yang terjadi akibat peningkatan fungsi trombosit dengan akibat mikrotrombus.
  • Aktivitas plasminogen akan menurun. Penurunan aktivasi plasminogen dalam pembuluh darah akan memicu terjadinya trombus.

4. Hiperlipidemia
Abnormalitas serum lipid (trigliserida, kolesterol, LDL) adalah faktor risiko penyakit jantung koroner daripada penyakit serebrovaskuler. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa pada populasi muda tidak terbukti adanya hubungan antara peningkatan kolesterol dan stroke. Hal ini dijelaskan dengan kenyataan bahwa tidak semua stroke berhubungan dengan aterosklerosis.

Penelitian lain menunjukkan bahwa HDL memiliki efek perlindungan terhadap stroke; adanya hubungan antara penebalan atau plak karotis pada tunika intima dan fraksi lipoprotein serta penurunan signifikan terhadap risiko stroke pada pasien yang diobati dengan obat penurun kolesterol generasi terbaru yaitu statin.

Patofisiologi, Tanda dan Gejala Stroke

gejala stroke dan pencegahannya
gambar penyumbatan pembuluh darah
1. Stroke Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral ditandai dengan adaya perdarahan ke dalam parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans. Arteri ini merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berbentuk anyaman kapiler. Aterosklerosis yang terjadi dengan meningkatnya usia dan adanya hipertensi kronik, maka sepanjang arteri penetrans ini terjadi mikroaneurisma atau aneurisma kecil dengan diameter sekitar 1 mm yang disebut dengan aneurismas Charcot-Bouchard.

Saat-saat tertentu aneurisma ini dapat pecah oleh peningkatan tekanan darah sehingga terjadilah perdarahan ke dalam parenkim otak. Darah ini mendukung struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke ruangan subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan serebrospinal (LCS) dan merangsang lapisan meningens.

Onset terjadinya perdarahan intraserebri sangat mendadak, seringkali terjadi saat beraktivitas. Gejala yang timbul biasanya nyeri kepala berat, muntah dan penurunan kesadaran, kadang-kadang juga disertai kejang. Distribusi umur biasanya pada usia pertengahan hingga tua dan lebih sering dijumpai pada jenis kelamin laki-laki.

Ciri ciri gejala stroke atau gambaran klinis tergantung dari lokasi dan besarnya ukuran hematoma. Karakteristiknya berupa sakit kepala, muntah-muntah dan bisa juga kejang pada saat permulaan. Kesadaran dapat terganggu pada keadaan awal dan akan menjadi jelas dalam waktu 24-48 jam pertama bila volume darah lebih dari 50 cc. Oleh karena jaringan otak terdorong, maka timbul gejala defisit neurologik yang cepat menjadi berat dalam beberapa jam.

2. Stroke Perdarahan Subarachnoid
Kondisi ini ditandai dengan adanya perdarahan yang masuk ke dalam rongga subarachnoid. Onsetnya bersifat mendadak dan disertai nyeri kepala yang hebat, penurunan kesadaran dan muntah. Distribusi usia penderita ini umumnya terjadi pada umur muda dan lebih banyak pada wanita. Pada 10-15% kasus tidak diketahui penyebabnya. Umumnya akibat rupture aneurisma, kadang-kadang juga karena pecahnya malformasi arterivenosa, atau dalam terapi antikoagulan. Aneurisma biasanya berlokasi di sirkulus Willisi dan percabangannya.

Gejala klinis perdarahan subarachnoid yaitu sakit kepala kronik akibat penekanan aneurisma yang besar terhadap organ di sekitar otak. Oleh karena pecahnya aneurisma mendadak, maka akan dirasakan sakit kepala hebat, muntah dan hingga penurunan kesadaran. Biasanya ditemukan rangsang meningen positif berupa kaku kuduk akibat darah dalam LCS dan Kernigs sign.

3. Penurunan Kesadaran Pada Penderita Stroke
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran pada penderita stroke ( Warlo, 1996 ), yaitu :
  • Lesi primer pada struktur subkortikal (talamus) atau ARAS (ascending retikucular activating system) dalam batang otak,
  • Lesi sekunder pada batang otak karena adanya herniasi transtentorial,
  • Ko-eksistensi gangguan metabolik hipoglikemi, gagal hati, gagal ginjal, dan
  • Obat-obatan.
Penurunan kesadaran pada perdarahan intrakranial biasanya terjadi sejak saat awitan sedangkan pada infark otak pada hari ketiga sampai kelima dari awitan.

4. Gejala Stroke Ringan
Dalam istilah awam dikenal gejala stroke ringan pada wanita dan pria. Bahasa medis istilah ini transient ischaemic attack (TIA) dimana ini adalah serangan stroke yang berlangsung dalam waktu singkat (biasanya dalam hitungan menit maupun jam).

Penyebab stroke ringan TIA adalah penyumbatan pada pembuluh darah arteri yang menyalurkan darah ke otak yang disebabkan oleh plak aterosklerosis atau gumplan udara (emboli). Otak akan kekurangan oksigen dan nutrisi karena hal ini sehingga terganggu fungsinya. Berbeda dengan stroke, penyumbatan pada penyakit TIA akan hancur dengan sendirinya sehingga fungsi otak kembali pulih.

Pada umumnya TIA tidak mengakibatkan kerusakan yang bersifat permanen pada otak. Namun, hal ini menjadi evaluasi bahwasanya pasien memiliki risiko akan mendapatkan serangan stroke yang lebih parah di masa mendatang. Untuk itu diperlukan pertolongan pertama pada gejala stroke ringan agar tidak terjadi komplikasi yang berbahaya.

Pemeriksaan Fisik Pada Penderita Penyakit Stroke

signs of a stroke symptoms
a. Kesadaran
Sangatlah penting untuk menilai status kesadaran pada pasien stroke. Penurunan kesadaran dapat karena tekanan tinggi intrakranial yang sangat hebat sehingga mampu menekan bagian ARAS yang merupakan bagian pusat kesadaran. Penurunan kesadaran dapat menjadi tolok ukur pada penentuan jenis stroke dengan menggunakan skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-Score maupun Gajah Mada Stroke Score.

b. Tensi (Tekanan darah)
Salah satu faktor resiko mayor dari stroke adalah penyakit hipertensi. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dibandingkan antara kedua tangan. Apakah terdapat perbedaan? Jika iya, maka kemungkinan terjadi kelainan pembuluh darah (arteritis)

c. Nadi

d. Heart Rate
Pengukuran ini sangat penting dan berbeda dengan pengukuran nadi. Hasil pengukuran ini dapat dibandingkan dengan nadi yang diukur. Pulsus defisit terjadi jika perbedaan denyut jantung dan nadi ≥ 20 x/mnt. Pulsus derfisit dapat ditemukan pada artrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus stroke.

e. Pernafasan

f. Suhu

g. Turgor dan gizi.
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan obesitas (faktor resiko minor), dan turgor apakah pada pasien tersebut terjadi dehidrasi atau tidak .

Status interna yang penting, yaitu:
  • Kepala : Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat kelainan jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.
  • Leher : Apakah terdapat peningkatan JVP? Terdapat Bruit? Hal ini menunjukkan terdapat gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor pencetus stroke (emboli).
  • Paru-paru : Penting pada pasien stroke yang sedang dirawat, karena komplikasi non-neurologis stroke salah satunya Pneumonia dan edema paru.
  • Jantung : Apakah ada pembesaran jantung? Bunyi Murmur? Kelainan katup jantung? (Penyakit Jantung merupakan faktor resiko mayor terjadinya stroke)

Penilaian Stroke Score

Adalah panduan sederhana yang dapat digunakan untuk memilah jenis-jenis stroke.
1. Siriraj Stroke Score (SSS)
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) - (3 x atheroma)  12
Nilai SSS diagnosis
  • > 1 Perdarahan otak
  • < -1 Infark otak
  • -1 < SSS < 1 Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan).

2. Skor Gajah Mada (SGM)
Menggunakan 3 variabel pemeriksaan yaitu:
  • Penurunan Kesadaran
  • Nyeri Kepala
  • Refleks Babinski

Pemeriksaan Penunjang pada Penyakit Stroke

1. CT scan
CT scan merupakan pemeriksaan baku emas pada penyakit stroke. Pemeriksaan ini untuk membedakan stroke karena infark atau perdarahan. Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum didapatkan gambaran yang hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran yang hiperdens.

2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat sensitif).

3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada pembuluh darah.

4. Pemeriksan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial , menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.

5. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak adanya CT scan atau MRI. Pada stroke perdarahan intraserebral didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau berwarna kekuningan. Pada perdarahan subaraknoid didapatkan LCS yang gross hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih).

6. Pemeriksaan Penunjang Lain.
Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin, komponen kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit darah, foto thoraks, EKG, echocardiografi.

Komplikasi dari Penyakit Stroke

1. Komplikasi neurologik:
a. Edema otak (herniasi otak)
Merupakan komplikasi yang penting akibat infark maupun karena perdarahan. Pada kasus infark, edema terjadi secara vasogenik dan sitoksik, pada intra dan extraseluler. Edema mencapai maksimum setelah 4-5 hari paska infark. dan diikuti dengan mengaburnya alur gyrus kortikal dan terjadi pergeseran garis tengah otak (midline shift).

b. Hidrosefalus
Jika sejumlah besar darah, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah, merembes ke dalam sistem ventrikel atau membanjiri ruang subarachnoid bagaian basal, darah tersebut akan memasuki foramen Luschka dan Magendie. Dimana pasien akan mengalami penurunan kesadaran hingga pingsan sebagai akibat dari hidrosefalus akut.

d. Higroma
Terjadinya pengumpulan darah intraserebral di suatu tempat akibat kelainan osmotik.

2. Komplikasi non-neurologik (Akibat proses di otak) :
a. Akibat proses di otak :
a.1. Tekanan darah meninggi
Terjadinya peninggian tekanan darah pada fase akut merupakan respon fisiologis terhadap iskemia otak, dan tekanan darah akan turun kembali setelah fungsi otak membaik kembali.

a.2. Hiperglikemi
Pada stroke terjadi iskemi daerah hipothalamus sehingga terjadi reaksi hiperglikemi. Kadar gula darah sampai 150-175 mg% pada fase akut yang tidak memerlukan pengobatan.

a.3. Edema paru
Edema paru dapat terjadi pada penderita dengan perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Proses terjadinya edema paru akibat kelaianan susunan saraf pusat yaitu secara langsung melalui sistem saraf otonom terutama mekanisme vagal. Mekanisme lain disebutkan, bahwa edema paru merupakan akibat pelepasan simpatis berlebihan disertai hipertensi sistemik dan hipertensi pulmonal mengakibatkan peninggian permeabilitas vaskuler pada paru.

a.4. Kelainan jantung
Kelainan jantung berupa gangguan ritme jantung atau aritmia jantung, terjadi pada strok fase akut.

a.5. Kelainan EKG

a.6. Inappropiate Anti Diuretic Hormon Syndrome (SIADH)
Rangsangan lesi pada daerah hipothalamus dapat menyebabkan diabetes insipidus atau SIADH, dengan gejala sebagai berikut: Gejala intoksikasi air (anoreksia, mual, muntah, letargi, hiperiritabilitas, delirium, bahkan koma).

b. Komplikasi non-neurologik (Akibat imobilisasi) :
b.1. Bronkopneumonia
Merupakan infeksi paru dan sebagai penyebab kematian tersering pada strok. Keadaan ini sering terjadi pada penderita yang berbaring terus, terutama disertai gangguan menelan, gangguan reflek muntah dan reflek batuk dan akibat gerakan paru yang berkurang.

b.2. Tromboplebitis
Trombosis vena dalam menimbulkan gejala klinik berupa pembengkakan pada paha dan betis, sering disertai pitting edem, nyeri lokal dengan peninggian suhu. Trombosis vena dalam paha pada penderita strok sering terjadi pada tungkai yang lumpuh dan sering bersifat subklinis. Akan tetapi, edem pada tungkai yang lumpuh dan disertai nyeri belum tentu suatu trombosis vena dalam.

b.3. Emboli paru
b.4. Dekubitus
Dekubitus terjadi pada pasien yang berbaring lama.

b.5. Atrofi otot
Akibat pasien terlalu lama tidak menggunakan ototnya.

Baca bagian selanjutnya penyakit stroke bagian 2
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Definisi, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Stroke"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>