Gigitan Ular Berbisa (Bagian Ke-2)
Artikel ilmiah kali ini adalah kelanjutan dari gigitan ular berbisa bagian pertama. Setelah sebelumnya membahas tentang definisi, ciri - ciri, patofisiologi, gejala, diagnosa gigitan ular berbisa maka pada gigitan ular berbisa bagian ke-2 ini akan dibahas tentang cara penanganan dan pengobatan, komplikasi, dan prognosis gigitan ular berbisa. Silahkan disimak baik-baik!
Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular Berbisa
Langkah-langkah yang diikuti pada penatalaksanaan gigitan ular adalah:
Pertolongan pertama harus dilaksanakan secepatnya setelah terjadi gigitan ular sebelum korban dibawa ke rumah sakit. Semua kasus gigitan ular harus dianggap sebagai kasus emergensi. Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan.
Langkah-langkah pertolongan yang dilakukan adalah menenangkan korban yang cemas, immobilisasi bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot karena pergerakan dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening. Dipertimbangkan pressure-immobilisation pada gigitan Elapidae. Menghindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
Membuat cross incision di lokasi gigitan dan pengisapan di tempat gigitan darah dapat juga dilakukan. Cross incision yang dilakukan tiga menit setelah gigitan dapat membuang sembilan puluh persen bisa. Jika dilakukan lima belas hingga tiga puluh menit setelah gigitan dapat membuang lima puluh persen bisa. Bila dilakukan satu jam setelah gigitan dapat membuang hanya satu persen bisa. Namun, tindakan ini masih kontroversi karena dinilai kurang bermanfaat. Korban harus segera dibawa ke rumah sakit dengan cara yang aman dan nyaman. Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk menghindari penyerapan bisa.
Pertolongan selanjutnya yang dapat dilakukan di rumah sakit meliputi:
- pembersihan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
- untuk efek lokal dianjurkan immobilisasi menggunakan perban. Bungkus rapat dengan perban, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar aliran darah tidak terganggu. Penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
- pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi penatalaksanaan jalan nafas dan sirkulasi.
- pemberian suntikan antitetanus.
- pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
- pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri.
- pemberian sedasi untuk menghilangkan kepanikan yang memicu kontraksi otot.
- pemberian serum antibisa.
Serum Anti Bisa Ular
Gunannya untuk pengobatan terhadap gigitan ular berbisa. Serum anti bisa ular merupakan serum polivalen yang dimurnikan dan dipekatkan, berasal dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap bisa ular yang mempunyai efek neurotoksik dan hematotoksik, yang kebanyakan ada di Indonesia.
Dosis pertama sebanyak 2 vial @5 ml sebagai larutan 2% dalam NaCl dapat diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit, lalu diulang setiap 6 jam. Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang atau bertambah) antiserum dapat diberikan setiap 24 jam sampai maksimal (80-100 ml). Antiserum yang tidak diencerkan dapat diberikan langsung sebagai suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan. Penderita harus diamati selama 24 jam. Pada kasus perburukan yang berlangsung cepat, dosisi awal dapat diulangi setelah 1-2 jam dan dipertimbangkan perawatan pendukung
Indikasi Pemberian Serum Anti Bisa Ular (SABU)
Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way, yaitu:
- Derajat 0 dan I tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka diberikan SABU,
- Derajat II: 3-4 vial SABU,
- Derajat III: 5-15 vial SABU, dan
- Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU.
Pemeriksaan Penunjang Gigitan Ular Berbisa
Dalam observasi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium (penghitungan jumlah sel darah, pro trombine time dan activated partial tromboplastin time, kimia darah, urinalisis, dan analisis gas darah), pemeriksaan radiologis (foto thoraks untuk pasien dengan edema paru), dan pemeriksaan tekanan kompartemen.
Komplikasi Gigitan Ular Berbisa
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper. Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi.
Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil. Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ularkoral. Komplikasi yang terkait dengan antivenin juga bisa terjadi. Kematian umumnya terjadi pada kasus tanpa intervensi farmakologis.
Prognosis Gigitan Ular Berbisa
Prognosis ditentukan oleh jenis ular yang menggigit dan lamanya penanganan terhadap gigitan ular.
sumber:
SMF Bedah RSUD DR. R.M. Djoelham Binjai. 2000. Gigitan Hewan. Available from : www.scribd.com/doc/81272637/Gigitan-Hewan
WHO. 2005. Guidelines for The Clinical Management of Snake Bite in The South East Asia Region.
Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM, 2012. Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular Berbisa. Available from : www.pom.id (diakses pada Maret 2014).
Simak kasus-kasus gawat darurat kesehatan lainnya di Kegawatdaruratan.
Simak kasus-kasus gawat darurat kesehatan lainnya di Kegawatdaruratan.
Post a Comment for "Gigitan Ular Berbisa (Bagian Ke-2)"
Klik tulisan subscribe berwarna merah ini: SUBSCRIBE
terlebih dahulu sebelum membuat komentar.