Berbagai Jenis Inkontinesia Urin (Bagian 1) - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berbagai Jenis Inkontinesia Urin (Bagian 1)

>>Selanjutnya
 
Inkonteinesia urin merupakan salah satu keluhan terbanyak yang di catat di Papyrus Ebers (1550 SM). Inkontinesia urin adalah keluarnya urin tanpa sadar yang menimbulkan maslah sosial, hygiene, serta objektif tampak nyata. Di AS tercatat 13 juta orang menderita masalah ini. Sekitar 11 juta diantaranya adalah wanita. Sebanyak 25% wanita berusia 30-59 tahun pernah mengalami inkontinesia ini, dan 15-30% orang berusia 60 tahun menderita masalah ini.

Inkontinesia urin bisa berupa tanda, gejala, atau sebuah kondisi penyakit. Kondisi ini bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan, namun prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Penyebab masalah ini sangat bervariasi. Kadang lebih dari satu faktor yang berperan dalam munculnya masalah ini, sehingga penegakan diagnosa dan terapinya tergantung pada etiologinya. Oleh karenanya sangat penting menentukan etiologinya, karena setiap etiologi memerlukan pendekatan terapi yang berbeda.

Klsifikasi
  1. Transient Incontinence : Inkontinensia transien sering terjadi pada usia lanjut. Jenis ini mengenai hampir sepertiga penderita inkontinensia pada masyarakat, dan lebih dari setengahnya menjalani rawat inao. Penyebab dari inkontinensia jenis ini sering disingkat dengan DIAPPERS (Delirium, Infeksi, Atopik, Pharmaceuticals, Phycoloogical, Exccessic Urine Output, Restricted mobility, Stool impaction)
  2. True Incontinence : Adalah kejadian dimana inkontinensia tetap berlanjut walaupun penyebab/etiologinya telah dihilangkan. Berdasarkan gejalanya true inkontinence dapat diklasifikasikan menjadi oleh:
    • Stress incontinence  : Genuine stress incontinence (GSI) terjadi akibat tekanan dalam intravesika melebihi tekanan maksimum uretra, tanap disertai dengan aktivitas detrusor yang menyertai peningkatan tekanan intra abdominal. Peningkatan ini biasanya terjadi saat batuk, bersin, tertawa, atau aktivitas tertentu.
    • Overflow incontinence : Terjadi karena kandung kemih mengalami distensi yang berlebihan hingga ke titik dimana tekanan intravesika melebihi tahanan uretra tanpa disertai adanya aktivitas detrusor atau relaksasi outlet. Kondisi ini dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu obstruksi outlet kandung kemih dan kandung kemih atoni.
    • Urge Incontinence : Adalah keadaan dimana munculnya keinginan berkemih yang muncul secara mendadak disertai dengan ketidakmampuan diri untuk menghambat refleks miksi. Akibatnya kebanyakan pasien tidak akan mampu mencapai toilet tepat pada waktunya. Urge incontinence dapat disebabkan karena destrusor myopathy, neuropathy atau kombinasi keduanya. Jika etiologinya tidak diketahui maka disebut dengan idiopathic urge incontinence.
    • Reflex Incontinence : Hilangnya inhibisi sentral dari jaras aferen atau eferen anatar otak dan sacral spinal cord. Kondisi ini terjadi karena kelainan neurologis SSP. Inkontinensia terjadi tanpa adanya suatu peringatan, atau rasa penuh. Biasanya terjadi pada pasien stroke, parkinson, tumor otak, SCI, dan muultipel sclerosis.
    • Mixed Incontinence : merupakan kombinasi dari stress incontinence dan urge incontinence. Kondisi ini mengakibatkan outlet kandung kemih lemah dan detrusor bersifat overreaktif. Hal ini menyebabkan pasien akan merasakan keinginan berkemih yang sangat kuat pada saat terjadinya peningkatan tekanan intraobdominal. Inkotinensia jenis ini biasanya mengenai pasien meningomyelocele yang disertai leher kandung kemih yang inkompeten dan detrusosr hyperefleksi.
    • Total Incontinence : Kondisi ini terjadi pada 2 situasi yaitu:
      • Saat terdapat abnormalitas kongenital traktus urinarius bagian bawah, contoh insersi ureter ektopik di bawah sfingter eksternal. Pasien mengeluhkan adanya dribbling urin terus menerus
      • Pasca operasi (Lebih sering) contoh vagina vesical fiistula, pasca TURP, pasca prostectomy radikal. Terjadi kebocoran terus menerus dan kandung kemih tak mampu lagi melakukan fungsi penyimpanan.
Sumber: Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest

>>Selanjutnya
 

Post a Comment for "Berbagai Jenis Inkontinesia Urin (Bagian 1)"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>