Resusitasi Bayi Baru Lahir (Neonatus) Berdasarkan Konsensus Perinasia Tahun 2010 - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Resusitasi Bayi Baru Lahir (Neonatus) Berdasarkan Konsensus Perinasia Tahun 2010

Berikut ini adalah artikel ilmiah berjudul resusitasi bayi baru lahir (neonatus) berdasarkan konsensus perinasia tahun 2010. Artikel ini bersumber dari tulisan dr. Nani Dharmasetiawani di RSIA Budi Kemuliaan, Jakarta. Yuk, mari dibaca untuk menambah wawasan kita, khususnya bagi tenaga kesehatan.

Pendahuluan
Diperkirakan berkisar 10% neonatus atau bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan untuk bernafas dan sebanyak 1% saja yang memerlukan pertolongan resusitasi yang ekstra. Oleh karena itu, sangat perlu kiranya untuk melakukan penilaian awal pada semua bayi yang lahir. Penilaian awal dapat meliputi: adakah bayi cukup bulan, apakah bayi menangis kuat atau bernafas, dan bagaimana kondisi tonus otot bayi. Bilamana neonatus lahir cukup bulan, menangis spontan, tonus otot baik maka bayi dapat langsung dikeringkan dan dijaga kehangatannya. Bayi dapat langsung diletakkan di bagian dada ibunya (metode kangguru). Sebaiknya jangan memisahkan bayi dengan ibunya.

Langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir (Neonatus) Konsensus Perinasia Tahun 2010


Gambar Algoritma Resusitasi Bayi Baru Lahir (Neonatus)
Gambar Algoritma Resusitasi Bayi Baru Lahir (Neonatus)
Bilamana terdapat bayi yang tidak memenuhi kriteria penilaian awal tersebut, dipertimbangkan untuk melakukan satu atau lebih tatalaksana seperti di bawah ini:
A. Berikan langkah awal stabilisasi (yaitu memberikan kehangatan, pembersihan jalan nafas bilamana diperlukan, mengeringkan, dan memberikan rangsangan),
B. Ventilasi,
C. Kompresi dada, dan
D. Pemberian obat epinefrin dan atau cairan yang berfungsi menambah volume.

Sediakan waktu sebanyak satu menit (60 detik) yang dikenal sebagai golden minute untuk melengkapi langkah awal, menilai kembali, dan melakukan kembali ventilasi bilamana dibutuhkan. Penentuan untuk langkah berikutnya diambil berdasarkan pada penilaian simultan terhadap dua tanda vital yaitu frekuensi denyut jantung dan pernafasan. Setelah melakukan tindakan ventilasi tekanan positif (VTF) atau setelah memberikan oksigen tambahan, penilaian dilakukan terhadap tiga hal penting yaitu: frekueni denyut jantung, pernafasan, dan status oksigenasi.

Rekomendasi Utama Untuk Resusitasi Bayi baru Lahir (Neonatus)

Setelah publikasi pada tahun 2005, telah teridentifikasi beberapa hal yang kontroversi sehingga pada tahun 2010 telah dibuat kesepakatan, Berikut ini adalah rekomendasi utama untuk resusitasi neonatus:
  • Penilaian setelah langkah awal ditentukan oleh penilaian simultan terhadap dua tanda vital yaitu pernafasan dan frekuensi denyut jantung. Oksimeter dapat digunakan untuk melakukan penilaian status oksigenasi oleh karena penilaian terhadap warna kulit tidak lagi dapat diandalkan.
  • Pada bayi yang lahir cukup bulan lebih baik melakukan resusitasi dengan udara dibandingkan dengan oksigen konsentrasi 100%.
  • Oksigen tambahan diberikan dengan menggunakan blended oxygen (yaitu oksigen yang dicampur dengan udara) dengan pengaturan konsentrasi berdasarkan alat oksimetri.
  • Tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung atau menolak terhadap tindakan pengisapan trakea secara rutin pada bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium, bahkan juga pada bayi yang dalam keadaan depresi.
  • Nilai rasio antara kompresi dada dan ventilasi tetap 3:1 untuk neonatus kecuali bilamana diketahui adanya keterlibatan jantung (penyebabnya jantung). Dalam hal ini rasio yang lebih besar dapat dijadikan bahan pertimbangan.
  • Terapi hipotermia dapat juga dipertimbangkan untuk bayi yang lahir cukup bukan atau hampir cukup bulan dengan adanya perkembangan ke arah ensefalopati hipoksik iskemik derajat edang atau berat, dengan protokol dan tindak lanjut yang sesuai dengan pedoman.
  • Penghentian tindakan resusitasi dapat dipertimbangkan bilamana tetap tidak terdeteksi adanya detak jantung selama 10 menit. Banyak faktor lain yang berpengaruh dalam keputusan apakah melanjutkan resusitasi setelah 10 menit.
  • Pengkleman tali pusat hendaknya ditunda hingga satu menit pada bayi yang tidak membutuhkan resusitasi. Namun, tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan lama waktu untuk pengkleman tali pusat pada bayi yang memerlukan resusitasi.

Penjelasan Resusitasi Bayi Baru Lahir Dari Konsensus Perinasia Tahun 2010

A. Langkah Awal
Langkah awal resusitasi adalah memberikan kehangatan yang dapat dilakukan dengan meletakkan bayi di bawah alat penghangat, memposisikan bayi dengan posisi menghidu atau seperti sedikit tengadah untuk menjamin akses jalan nafas, membersihkan daerah jalan napas bilamana diperlukan, mengeringkan bayi, dan memberikan stimulasi napas.

Membersihkan jalan napas:
1. Kondisi cairan amnion jernih. 
Penghisapan langsung tidak dilakukan lagi secara rutin setelah bayi lahir, akan tetapi hanya dilakukan pada bayi yang mengalami sumbatan nafas dan bagi bayi yang membutuhkan VTP.

b. Cairan amnion terdapat mekonium. 
Tidak ada bukti yang mendukung atau menolak untuk dilakukan penghisapan rutin pada bayi dengan air ketuban tercampur mekonium, bayi tidak bugar, atau depresi. Tanpa penelitian yang memadai, saat ini tidak cukup data untuk membuat rekomendasi perubahan terhadap praktek yang saat ini dilakukan. Praktek saat ini yaitu melakukan penghisapan endotrakeal ada bayi yang airketubannya tercampur dengan mekonium. Namun, bilamana usaha intubasi membutuhkan waktu yang lama (atau tidak berhasil) maka ventilasi dengan sungkup dan balon dapat dilakukan khususnya jika terjadi bradikardia yang persisten.

Melakukan penilaian terhadap kebutuhan oksigen dan pemberian oksigen
Penatalaksanaan oksigen yang adekuat pada saat resusitasi pasien neonatus sangat penting dikarenakan terdapat bukti bahwa kelebihan maupun kekurangan oksigen dapat berdampak buruk pada bayi. Nilai persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma berikut.
Tatalaksana oksigen yang optimal pada resusitasi neonatus menjadi penting karena adanya bukti bahwa baik kekurangan ataupun kelebihan oksigen dapat merusak bayi. Persentil oksigen berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar algoritma.

Pemanfaatan oksimetri nadi (pulse oximetry) dianjurkan bilamana:
  • VTP dibutuhkan lebih dari beberapa kali nafas,
  • Resusitasi diantisipasi,
  • Sianosis yang persisten, dan atau
  • Oksigen tambahan diberikan.

Pemberian oksigen tambahan
Saturasi oksigen dapat mencapai target dengan menginisiasi resusitasi dengan udara atau oksigen campuran yang dilakukan titrasi konsentrasi oksigen agar mendapatkan SpO2 yang sesuai target. Bilamana oksigen campuran tidak ada, tindakan resusitasi dapat dimulai dengan menggunakan udara kamar. Bilamana bradikardia (frekuensi denyut jantung ibawah 60 kali permenit) setelah 90 detik dilakukan resusitasi dengan menggunakan oksigen berkonsentrasi rendah, maka konsentrasi oksigen dinaikkan hingga 100% agar didapatkan frekuensi denyut jantung yang normal.

Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
Bilamana bayi tetap dalam keadaan apneu atau terlihat megap-megap atau bilamana frekuensi denyut jantung tetap kurang dari 100 kali dalam satu menit setelah usaha resusitasi pada langkah awal maka VTP dapat dimulai.

Pernapasan awal dan bantuan ventilasi
Bantuan ventilasi mutlak diberikan pada bayi dengan frekuensi nafas 40 hingga 60 kali dalam satu menit agar dapat mencapai serta mempertahankan frekuensi denyut jantung lebih dari 100 kali per menit. Penilaian ventilasi yang baik di awal merupakan perbaikan cepat dari frekuensi denyut jantung.

Tekanan akhir ekspirasi
Banyak ahli menganjurkan dilakukan pemberian pemberian continuous positive airway pressure (CPAP) pada bayi yang bernapas spontan namun mengalami kesulitan setelah lahir. Penggunaan CPAP ini baru diteliti pada bayi prematur. Untuk bayi yang cukup bulan dengan gawat napas, tidak ada bukti yang cukup mendukung ataupun tidak mendukung dalam pemanfaatan CPAP di ruang bersalin.

Alat untuk ventilasi
Alat untuk melakanakan VTP untuk resusitasi neonatus adalah Balon yang Tidak Mengembang Sendiri (balon anestesi), Balon Mengembang Sendiri, atau T-piece resuscitator. Sungkup laring (Laryngeal Mask Airway atau LMA) dikatakan bisa digunakan dan efektif untuk bayi >2000 gram atau usia ≥ 34 minggu. LMA dipertimbangkan bilamana ventilasi dengan balon sungkup tidak berhasil dilakukan dan intubasi endotrakeal tidak berhasil atau tidak mungkin untuk dilaksanakan. LMA belum diteliti untuk digunakan pada kasus air ketuban yang bercampur mekonium, pada kompresi dada, atau untuk pemberian obat melalui trakea.

Pemasangan intubasi endotrakeal
Indikasi untuk dilakukan intubasi endotrakeal pada resusitasi neonatus adalah:

  • Bilamana ventilasi dengan sungkup balon tidak efektif dan atau membutuhkan waktu yang lama.
  • Pengisapan endotrakeal awal dari bayi dengan mekonium dan tidak bugar.
  • Bila dilakukan kompresi dada.
  • Untuk kondisi tertentu seperti hernia diafragmatika kongenital atau bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR).

Kompresi dada
Indikasi untuk dilakukan kompresi dada ialah bilamana frekuensi denyut jantung bayi dibawah 60 denyut dalam satu menit setelah diberikan ventilasi adekuat menggunakan oksigen selama 30 detik. Bagi neonatus, rasio kompresi : ventilasi tetap 3 : 1. Frekuensi jantung, pernafasan, dan oksigenasi harus tetap dinilai secara periodik sementara kompresi dan ventilasi tetap dilakukan hingga frekuensi denyut jantung mencapai sekurang-kurangnya 60 kali denyut permenit.

Medikasi
Obat-obatan jarang sekali digunakan pada saat resusitasi bayi yang baru lahir. Namun, bilamana frekuensi jantung tetap dibawah 60 kali permenit walaupun telah mendapatkan ventilasi adekuat dengan oksigen konsentrasi 100% dan juga kompresi dada, maka pemberian obat epinefrin atau obat-obatan pengembang volume dapat dilaksanakan.

Baca juga: Obat-Obat Yang Sering Digunakan Pada Bayi Baru Lahir dan BBLR

Epinefrin
Pemberian epinefrin dianjurkan secara intravena dengan dosis 0,01 – 0,03 mg/kg. Pemberian secara endotrakeal dengan dosis sebanyak 0,05 – 1,0 mg/kg bisa dipertimbangkan sambil menunggu akses intravena, tetapi efektifitas cara ini belum dilakukan evaluasi. Konsentrasi obat epinefrin yang digunakan untuk neonatus adalah 1:10.000 (0,1 mg/mL).

Pengembang volume
Obat-obatan untuk pengembang volume dapat dipertimbangkan bila diketahui atau hanya diduga adanya kehilangan darah serta frekuensi denyut jantung tidak memberikan respon yang adekuat terhadap tindakan resusitasi. Darah ataupun kristaloid yang isotonik dapat diberikan pada ruang bersalin dengan dosis 10 ml/ kg yang dapat diulangi.

Perawatan pasca resusitasi
Bayi yang telah diresusitasi dan telah menunjukkan tanda-tanda vital yang normal dapat mengalami perburukan kembali. Oleh karena itu, bayi harus tetap diawasi dan mempersiapkan antisipasi bila terjadi gangguan kembali.

Nalokson
Obat ini tidak direkomendasikan sebagai bagian usaha tindakan resusitasi awal di kamar bersalin untuk bayi yang mengalami depresi nafas.

Glukosa
Bayi yang baru lahir yang memiliki kadar glukosa yang rendah mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya injury pada otak dan akibat buruk setelah kondisi hipoksik iskemik. Pemberian glukosa intravena dianjurkan segera setelah tindakan resusitasi untuk menghindari terjadinya kondisi hipoglikemia.

Hipotermia untuk terapi
Beberapa penelitian melakukan terapi hipotermia pada bayi dengan umur kehamilan 36 minggu atau lebih, dengan ensefalopatia hipoksik iskemik sedang dan berat. Hasil penelitian ini menunjukkan mortalitas dan gangguan perkembangan neurologik yang lebih rendah pada bayi yang diberi terapi hipotermia dibanding bayi yang tidak diberi terapi hipotermia. Penggunaan cara ini harus menuruti panduan yang ketat dan dilakukan di fasilitas yang memadai.

Penghentian resusitasi
Resusitasi dihentikan dengan mempertimbangkan bilamana tidak terdeteksinya adanya detak jantung selama 10 menit. Banyak faktor yang berperan dalam mengambil keputusan apakah akan melanjutkan atau mengehtikan resusitasi.

Rujukan Artikel Resusitasi Neonatus

1. Wyllie J, et al. Part 11: Neonatal Resuscitation. 2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations. Resuscitation 2010;81S:e260-e287.
2. Kattwinkel J et al. Special Report Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Pediatrics 2010;126:e1400-e1413.

Simak artikel ilmiah lainnya tentang Ilmu Kesehatan Anak di blog ini.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Resusitasi Bayi Baru Lahir (Neonatus) Berdasarkan Konsensus Perinasia Tahun 2010"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>