Pedoman Diagnosis dan Tatakaksana BPH (Bagian-6) - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pedoman Diagnosis dan Tatakaksana BPH (Bagian-6)

Uretrosistoskopi
Pemeriksaan ini secara visual  dapat mengetahui keadaan uretra prostatika dan buli-buli. Terlihat adanya pembesaran prostat, obstruksi uretra dan leher buli-buli, batu buli-buli, trabekulasi buli-buli, selule, dan divertikel buli-buli. Selain itu sesaat sebelum dilakukan sistoskopi diukur volume residual urine pasca miksi. Sayangnya pemeriksaan ini tidak mengenakkan bagi  pasien, bisa  menimbulkan komplikasi perdarahan, infeksi, cedera uretra, dan retensi urine sehingga tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin pada BPH (5,9,12-14). 

Uretrosistoskopi dikerjakan pada saat akan dilakukan tindakan pembedahan untuk menentukan perlunya dilakukan TUIP, TURP, atau prostatektomi terbuka. Disamping itu pada kasus yang disertai dengan hematuria atau dugaan adanya  karsinoma buli-buli sistoskopi sangat membantu dalam mencari lesi pada buli-buli (5,6,10,13).

Pemeriksaan urodinamika
Kalau pemeriksaan uroflometri hanya dapat menilai bahwa pasien mempunyai pancaran urine yang lemah tanpa dapat menerangkan penyebabnya, pemeriksaan urodinamika (pressure flow study) dapat   membedakan pancaran urine yang lemah itu disebabkan karena obstruksi leher buli-buli dan uretra (BOO) atau kelemahan kontraksi otot    detrusor5,9,13,14. Pemeriksaan ini cocok untuk pasien yang hendak menjalani pembedahan. Mungkin saja LUTS yang dikeluhkan oleh pasien bukan disebabkan oleh BPO   melainkan   disebabkan   oleh   kelemahan kontraksi otot detrusor sehingga pada keadaan ini tindakan  desobstruksi  tidak  akan  bermanfaat.

Pemeriksaan urodinamika merupakan pemeriksaan optional pada evaluasi pasien BPH bergejala5,10,12,13.
Meskipun merupakan pemeriksaan invasif, urodinamika  saat  ini  merupakan  pemeriksaan yang  paling  baik  dalam  menentukan  derajat obstruksi prostat (BPO), dan mampu meramalkan  keberhasilan  suatu  tindakan  pem-bedahan. Menurut Javle et al (1998)30, pemeriksaan ini mempunyai  sensitifitas 87%,  spesifisitas 93%, dan nilai prediksi positif sebesar 95%.
Indikasi pemeriksaan  urodinamika  pada  BPH  adalah:
berusia kurang dari 50 tahun atau lebih dari 80 tahun  dengan  volume  residual  urine>300  mL,
Qmax>10 ml/detik,
setelah menjalani pembedahan radikal pada daerah pelvis, setelah gagal dengan terapi invasif, atau kecurigaan adanya buli-buli neurogenik10.
Pemeriksaan yang tidak direkomen-dasikan pada pasien BPH
Berbagai  pemeriksaan  saat ini  tidak  dire-komendasikan  sebagai  piranti  untuk  diagnosis pada pasien BPH, kecuali untuk tujuan penelitian, di antaranya adalah13:
1. IVU, kecuali jika pada pemeriksaan awal didapatkan   adanya:   hematuria,   infeksi saluran  kemih  berulang,  riwayat  pernah menderita urolitiasis, dan pernah menjalani operasi saluran kemih.
2. Uretrografi retrograd, kecuali pada pemeriksaan  awal  sudah  dicurigai  adanya striktura uretra.
3. Urethral pressure profilometry (UPP)
4. Voiding cystourethrography (VCU)
5. External urethral sphincter electromyography
6. Filling cystometrography.
Dr. Zuhdy
Dr. Zuhdy Aktif sebagai dokter umum di dunia nyata dan senang membagikan informasi kesehatan di dunia maya. Gabung Fans Page FB kami: Kedokteran dan Kesehatan

Post a Comment for "Pedoman Diagnosis dan Tatakaksana BPH (Bagian-6)"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>