Berbagai Jenis Inkontinesia Urin (Bagian 2) - KLIK INSTAL
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berbagai Jenis Inkontinesia Urin (Bagian 2)

Jika pada bagian pertama dibahas klasifikasi berdasarkan gejanya, pada bagian kedua ini akan di bahas klasifikasi berdasarkan patofiologisnya. Secara umum pembagiannya dapat ditunjukan pada tabel berikut:

Urodynamic Diagnosis
Some Neurogenic causes
Some Non Neurogenic Causes
Detrusor overactivity
Multiple sclerosis
Stroke
Parkinson disease
Alzheimer’s disease
Urethral obstruction/incompetence
Cystitis
Bladder carcinoma
Bladder stone
Detrusor Underactivity
Disk compression
Plexopathy
Surgical damage
Autonomic neuropathy
Chronic outlet obstruction idiopathic
Outlet incompentence
Surgical lesion
Lower motor neuron  lession
Urehtral hypermobility
Sfingter incompetence post prostatectomy
Outlet Obstruction
Spinal cord lesion with detrusor sfingter dyssnergia
Prostatic enfargement
Prostate carcinoma
Urethral stincture
Large cystourethrocele


















1.  Detrusor Overactivity (DO)
Detrusor overactivity adalah kondisi dimana urin keluar bukan karena kegagalan penutupan uretra, melainkan karena kontraksi kandung kemih yang tidak dapat di inhibisi. DO merupakan penyebab inkontinensia terbanyak kedua yang menyerang dewasa paruh baya dan usia lanjut, baik pada pria maupun wanita.

Jika kegagalan inhibisi karena adanya lesi atau kerusakan pada sistem sarf pusat (seperti pada stroke, cedera kepala, dll) maka kondisi ini disebut dengan detrusos hyperreflexia (DH). Pada keadaan ini kandung kemih cenderung mempunyai complience buruk yang disertai dengan refluks vesico ureterik dan resiko kerusakan saluran kandung kemih bagian atas serta infeksi. Seseorang dapat diduga menderita DH jika memiliki gejala urgensi, frekuensi, dan urge incontinence. Volume kebocorannya dapat berjumlah sedang hingga banyak disertai dengan nokturia dan inkontinensia, sensasi di bagian sakral dan reflkeks dipertahankan, kontrol sfingter anal intak dan PVR tetap rendah atau normal (50 ml).

Jika kontraksi tetap terjadi walaupun tidak terdapat lesi ada sistem saraf maka keadaan ini disebut dengan detrusor instability (DI). Penyebab yang paling sering yaitu adanya iritan pada saluran kemih, seperti adanya tumor, cystitis, ataupun terdapat batu saluran kemih.

2. Detrusor Underactivity
Merupakan penanggung jawab dari 5-10% kasus inkontinensia. Penyebab inkontinensia jenis ini adalah cedera pada mekanisme saraf, hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti pada pasien diabetes, Parkinson, ataupun alkokilism. Selain faktor yang telah disebutkan di atas, faktor generatif juga menjadi salah satu faktor kegagalan mekanisme otot destrusor.

Secara klinis, inkontinensia jenis ini ditandai dengan volume PVR yang besar dan overflow incontinence. Karena PVR yang besar ini mengakibatkan kapasitas kandung kemih yang menjadi kecil sehingga frekuensi berkemih akan meningkat. Kebocoran urin terjadi baik pada siang maupun malam hari. Pasien juga merasakan keinginan berkemih namun kemudian menghilang dan aliran tak lancar. 

3. Outlet Incompotence
Inkontinensia jenis ini adalah jenis terbanyak yang menyerang wanita usia pertengahan dan terbanyak kedua pada wanita usia lanjut. Hal ini terutama terjadi pasca melahirkan. Stress incontinence terjadi akibat hipermobilitas uretra dan terjadilah herniasi bagian proksimal uretra sinistra serta leher kandung kemih, melalui diafragma urogenital saat terjadi peningkatan tekanan intraabdominal. 

Sementara pada wanita usia lanjut, stress incontinence terjadi akibat penurunan kadar esterogen pasca menopause, sehingga mengakibatkan hilangnya bulk otot dan perubahan atrophic uretra serta vagina (penipisan mukosa). Keadaan ini menyebabkan mudah terjadi radang serta jaringan akan mudah rusak, terjadinya penurunan aliran darah periuretra, dan selanjutnya menimbulkan laksiti struktur pelvis dan prolapse uretra.

Keadaan hipermobilitas uretra ditandai dengan keluarnya urin dalam jumlah yang sedikit hingga sedang pada siang hari. Inkontinensia pada malam hari jarang terjadi. Inkontinensia jenis ini juga biasanya terjadi ada posisi berdiri dan tidak terjadi pada posisi tidur pada malam hari.

4. Outlet Obstruction
Inkontinensia jenis ini berbanding terbalik dengan outlet incompetence, jarang terjadi pada wanita, namun merupakan penyebab kedua terbanyak pada pria usia lanjut. Biasanya diakibatkan oleh hipertrofi prostat dan striktur uretra. Gejalanya akan tampak sebagai frekuensi, nokturia, urgensi atau hesitensi, dribbling setelah berkemih dan retensi urin. Jika inkontinensia ini berhubungan dengan gejala neurologis, maka kemungkinan besar karena adanya lesi di spinal cord. 

Pada situasi ini akan terjadi gangguan pada jalur miksi pontine, sehingga oulet akan berontraksi secara simultan saat kandung kemih berkontraksi, sehingga menyebabkan timbulnya obstruksi outlet besar yang disebut dengan Christmas tree bladder, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Kondisi ini juga disebut dengan detrusor-sfingter dyssinergia.


Post a Comment for "Berbagai Jenis Inkontinesia Urin (Bagian 2)"

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-2631650870646061" crossorigin="anonymous"></script> <!-- Iklan --> <ins class="adsbygoogle" style="display:block" data-ad-client="ca-pub-2631650870646061" data-ad-slot="9511910312" data-ad-format="auto" data-full-width-responsive="true"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>