Luka Bakar (Bagian IV)
Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar
digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2
mg/kg dan ‘maintenance’ 5-20 mg/70 kg
setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/ kg setiap 4 jam). Tetapi
ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8
jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka
bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin
atau methadone,
dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.
Terapi pembedahan pada luka bakar:
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis
dan debris (debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya
hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:
- Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.
- Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi-komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.
- Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro-organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit. Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
- 1. Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3 minggu.
- 2. Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
- 3. Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
- 4. Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.
Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar
batang tubuh
posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan
eksisi fasial.
Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi
jaringan yang terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan
darah (endpoint). Adapun alat-alat
yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang kecil,
sedangkan
pisau Watson maupun mesin yang dapat memotong jaringan
kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar yang luas. Permukaan kulit
yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan
tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet
sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada
daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “skin graft”. Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan
keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang banyak
dan endpoint bedah yang sulit ditentukan. Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang
terluka sampai lapisan
fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan
ketebalan penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang
sangat dalam. Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”. Adapun
keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:
- Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak, endpoint yang lebih mudah ditentukan
- Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada saraf-saraf superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana.
Tujuan dari metode ini adalah:
- Menghentikan evaporate heat loss,
- Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu, dan
- Melindungi jaringan yang terbuka.
Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor
tersebut
dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit
donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6)
dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting.
Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah
dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat
dilakukan dengan mesin
‘dermatome’
ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin)
dan juga
anestesi. Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari eksisi luka
bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan
penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
> Kulit donor setipis mungkin
> Pastikan kontak antara kulit donor
dengan bed (jaringan yang dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :
- Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan),
- Drainase yang baik, dan
- Gunakan kasa adsorben
PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung
pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan
penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan. Penyulit
juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta
parut hipertrofik dan
kontraktur.
KOMPLIKASI
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),dan Sepsis.
sumber : lihat daftar pustaka pada bagian selanjutnya
Post a Comment for "Luka Bakar (Bagian IV)"
Klik tulisan subscribe berwarna merah ini: SUBSCRIBE
terlebih dahulu sebelum membuat komentar.